Mencari Profil /biografi pengusaha sukses di Indonesia,,,
langsung saja ya Cekidoooottt ...
1.Biografi Chairul Tanjung - Konglomerat Sukses Indonesia
Chairul Tanjung lahir di Jakarta, 16 Juni 1962, dilahirkan di Jakarta dalam keluarga yang cukup berada. Ayahnya A.G. Tanjung adalah wartawan zaman orde lama yang menerbitkan surat kabar beroplah kecil. Chairul berada dalam keluarga bersama enam saudara lainya. Ketika Tiba di zaman Orde Baru, usaha ayahnya dipaksa tutup karena berseberangan secara politik dengan penguasa saat itu. Keadaan tersebut memaksa orangtuanya menjual rumah dan berpindah tinggal di kamar losmen yang sempiDia merupakan adalah pengusaha asal Indonesia. Namanya dikenal luas sebagai usahawan sukses bersama perusahaan yang dipimpinnya, Para Group, Chairul telah memulai berbisnis ketika ia kuliah dari Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Sempat jatuh bangun, akhirnya ia sukses membangun bisnisnya. Perusahaan konglomerasi miliknya, Para Group menjadi sebuah perusahaan bisnis membawahi beberapa perusahaan lain seperti Trans TV dan Bank Mega
Selepas menyelesaikan sekolahnya di SMA Boedi Oetomo pada 1981, Chairul masuk Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (lulus 1987). Ketika kuliah inilah ia mulai masuk dunia bisnis. Dan ketika kuliah juga, ia mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa Teladan Tingkat Nasional 1984-1985. Demi memenuhi kebutuhan kuliah, Ia mulai berbisnis dari awal yakni berjualan buku kuliah stensilan, kaos, dan lainnya di kampusnya. Ia juga membuka usaha foto kopi di kampusnya. Chairul juga pernah mendirikan sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di bilangan Senen Raya, Jakarta Pusat, tetapi bangkrut.
Selepas kuliah, Chairul pernah mendirikan PT Pariarti Shindutama bersama tiga rekannya pada 1987. Bermodal awal Rp 150 juta dari Bank Exim, mereka memproduksi sepatu anak-anak untuk ekspor. Keberuntungan berpihak padanya, karena perusahaan tersebut langsung mendapat pesanan 160 ribu pasang sepatu dari Italia. Akan tetapi, karena perbedaan visi tentang ekspansi usaha, Chairul memilih pisah dan mendirikan usaha sendiri.
Kepiawaiannya membangun jaringan dan sebagai pengusaha membuat bisnisnya semakin berkembang. Mengarahkan usahanya ke konglomerasi, Chairul mereposisikan dirinya ke tiga bisnis inti: keuangan, properti, dan multimedia. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank Karman yang kini bernama Bank Mega. Ia menamakan perusahaan tersebut dengan Para Group. Perusahaan Konglomerasi ini mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding company, yang membawahkan beberapa sub-holding, yakni Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti).
Di bawah grup Para, Chairul Tanjung memiliki sejumlah perusahaan di bidang finansial antara lain Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para Multi Finance, Bank Mega Tbk, Mega Capital Indonesia, Bank Mega Syariah dan Mega Finance. Sementara di bidang properti dan investasi, perusahaan tersebut membawahi Para Bandung propertindo, Para Bali Propertindo, Batam Indah Investindo, Mega Indah Propertindo. Dan di bidang penyiaran dan multimedia, Para Group memiliki Trans TV, Trans 7, Mahagagaya Perdana, Trans Fashion, Trans Lifestyle, dan Trans Studio. Khusus di bisnis properti, Para Group memiliki Bandung Supermall. Mal seluas 3 hektar ini menghabiskan dana 99 miliar rupiah. Para Group meluncurkan Bandung Supermall sebagai Central Business District pada 1999. Sementara di bidang investasi, Pada awal 2010, Para Group melalui anak perusahaannya, Trans Corp. membeli sebagian besar saham Carefour, yakni sejumlah 40 persen. Mengenai proses pembelian Carrefour, MoU (memorandum of understanding) pembelian saham Carrefour ditandatangani pada tanggal 12 Maret 2010 di Perancis.
Majalah ternama Forbes merilis daftar orang terkaya dunia 2010. Sebagai sebuah pencapaian, menurut majalah tersebut, Chairul Tanjung termasuk salah satu orang terkaya dunia asal Indonesia. Forbes menyatakan bahwa Chairul Tanjung berada di urutan ke 937 dunia dengan total kekayaan US$ 1 miliar.
Chairul menyatakan bahwa dalam membangun bisnis, mengembangkan jaringan (network) adalah penting. Memiliki rekanan (partner) dengan baik diperlukan. Membangun relasi pun bukan hanya kepada perusahaan yang sudah ternama, tetapi juga pada yang belum terkenal sekalipun. Bagi Chairul, pertemanan yang baik akan membantu proses berkembang bisnis yang dikerjakan. Ketika bisnis pada kondisi tidak bagus (baca: sepi pelanggan) maka jejaring bisa diandalkan. Bagi Chairul, bahkan berteman dengan petugas pengantar surat pun adalah penting. Dalam hal investasi, Chairul memiliki idealisme bahwa perusahaan lokal pun bisa menjadi perusahaan yang bisa bersinergi dengan perusahaan-perusahaan multinasional. Ia tidak menutup diri untuk bekerja sama dengan perusahaan multinasional dari luar negeri. Baginya, ini bukan upaya menjual negara. Akan tetapi, ini merupakan upaya perusahaan nasional Indonesia bisa berdiri sendiri, dan jadi tuan rumah di negeri sendiri.
Menurut Chairul, modal memang penting dalam membangun dan mengembangkan bisnis. Baginya, kemauan dan kerja keras harus dimiliki seseorang yang ingin sukses berbisnis. Namun mendapatkan mitra kerja yang handal adalah segalanya. Baginya, membangun kepercayaan sama halnya dengan membangun integritas. Di sinilah pentingnya berjejaring (networking) dalam menjalankan bisnis.
Dalam bisnis, Chairul menyatakan bahwa generasi muda bisnis sudah seharusnya sabar, dan mau menapaki tangga usaha satu persatu. Menurutnya, membangun sebuah bisnis tidak seperti membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan sebuah kesabaran, dan tak pernah menyerah. Jangan sampai banyak yang mengambil jalan seketika (instant), karena dalam dunia usaha kesabaran adalah salah satu kunci utama dalam mencuri hati pasar. Membangun integritas adalah penting bagi Chairul. Adalah manusiawi ketika berusaha,sesorang ingin segera mendapatkan hasilnya. Tidak semua hasil bisa diterima secara langsung.
Referensi :
- http://id.wikipedia.org/wiki/Chairul_Tanjung
2,Biografi Bob Sadino - Pengusaha Sukses Dari Indonesia
Bob Sadino (Lampung, 9 Maret 1933), atau akrab dipanggil om Bob, adalah seorang pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan. Ia adalah pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick. Dalam banyak kesempatan, ia sering terlihat menggunakan kemeja lengan pendek dan celana pendek yang menjadi ciri khasnya. Bob Sadino lahir dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu berumur 19 tahun mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya karena saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan.
Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.
Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.
Pekerjaan pertama yang dilakoninya setelah keluar dari perusahaan adalah menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki, ia sendiri yang menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu ketika ia mendapatkan kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak parah. Karena tak punya uang untuk memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi tukang batu. Gajinya ketika itu hanya Rp.100. Ia pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup yang dialaminya.
Suatu hari, temannya menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan depresi yang dialaminya. Bob tertarik. Ketika beternak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa.
Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun. Namun mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks. Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana pendek.
Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah.
Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan menangkap peluang.
Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata Bob.
Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain.
Sedangkan Bob selalu luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.
Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang utama, semuanya punya fungsi dan kekuatan.
Anak Guru
Kembali ke tanah air tahun 1967, setelah bertahun-tahun di Eropa dengan pekerjaan terakhir sebagai karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg, Bob, anak bungsu dari lima bersaudara, hanya punya satu tekad, bekerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo yang jadi guru kepala di SMP dan SMA Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob berusia 19.
Modal yang ia bawa dari Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun 1960-an. Satu ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi, masih terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob sendiri sopirnya.
Suatu kali, mobil itu disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi berita kecelakaan yang menghancurkan mobilnya. ”Hati saya ikut hancur,” kata Bob. Kehilangan sumber penghasilan, Bob lantas bekerja jadi kuli bangunan. Padahal, kalau ia mau, istrinya, Soelami Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri, bisa menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, ”Sayalah kepala keluarga. Saya yang harus mencari nafkah.”
Untuk menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha perladangan sayur sistem hidroponik. Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah ”warung” shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal 1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan, dan 100 ton sayuran segar.
”Saya hidup dari fantasi,” kata Bob menggambarkan keberhasilan usahanya. Ayah dua anak ini lalu memberi contoh satu hasil fantasinya, bisa menjual kangkung Rp 1.000 per kilogram. ”Di mana pun tidak ada orang jual kangkung dengan harga segitu,” kata Bob.
Om Bob, panggilan akrab bagi anak buahnya, tidak mau bergerak di luar bisnis makanan. Baginya, bidang yang ditekuninya sekarang tidak ada habis-habisnya. Karena itu ia tak ingin berkhayal yang macam-macam.
Haji yang berpenampilan nyentrik ini, penggemar berat musik klasik dan jazz. Saat-saat yang paling indah baginya, ketika shalat bersama istri dan dua anaknya.
Profil dan Biodata Bob Sadino
Nama :
Bob Sadino
Lahir :
Tanjungkarang, Lampung, 9 Maret 1933
Agama :
Islam
Pendidikan :
-SD, Yogyakarta (1947)
-SMP, Jakarta (1950)
-SMA, Jakarta (1953)
Karir :
-Karyawan Unilever (1954-1955)
-Karyawan Djakarta Lloyd, Amsterdam dan Hamburg (1950-1967)
-Pemilik Tunggal Kem Chicks (supermarket) (1969-sekarang)
-Dirut PT Boga Catur Rata
-PT Kem Foods (pabrik sosis dan ham)
-PT Kem Farms (kebun sayur)
Alamat Rumah:
Jalan Al Ibadah II/12, Kemang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Telp: 793981
Alamat Kantor :
Kem Chicks Jalan Bangka Raya 86, Jakarta Selatan Telp: 793618
Referensi :
- http://pengusahamuda.wordpress.com/biografi/
- http://id.wikipedia.org/wiki/Bob_Sadino
3.Biografi Jusuf Kalla
Muhammad Jusuf Kalla lahir di Wattampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942. Ia menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin Makassar tahun 1967 dan The European Institute of Business Administration Fountainebleu, Prancis (1977). Pada Oktober 2004 menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia. Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla (SBY-JK) berhasil sebagai pemenang Pemilu. SBY dilantik sebagai Presiden RI ke-6 dan M. Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden RI ke-10. Pasangan ini menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI yang pertama kali dipilih rakyat secara langsung. Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Presiden RI ke-4), M. Jusuf Kalla dipercayakan selama kurang dari setahun (1999-2000) sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI merangkap Kepala Bulog. Pada masa Presiden Megawati Soekarnoputri (2001-2004) ia dipilih menduduki jabatan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Jusuf Kalla kemudian mengundurkan diri sebagai Menko Kesra RI sebelum maju sebagai calon wakil presiden, mendampingi calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono.Selain tugas-tugas sebagai Menko Kesra, M. Jusuf Kalla telah meletakkan kerangka perdamaian di daerah konflik Poso, Sulawesi Tengah, dan Ambon, Maluku. Lewat pertemuan Malino I dan Malino II dan berhasil meredakan dan menyelesaian konflik di antara komunitas Kristen dan Muslim.
Kunjungan kerjanya sebagai Menko Kesra ke Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada awal tahun 2004 memberinya inspirasi untuk menerapkan pengalaman penyelesaian konflik Ambon-Poso di NAD. Upaya penyelesaian Aceh di dalami dan dilanjutkan penanganannya saat setelah dilantik menjadi Wakil Presiden RI. Akhirnya, kesepakatan perdamaian untuk NAD antara Pemerintah dan tokoh-tokoh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) berhasil ditandatangani di Helsinki pada tanggal 15 Agustus 2005.
Pengalaman pada organisasi pemuda/mahasiswa seperti Ketua HMI Cabang Makassar tahun 1965-1966, Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Hasanuddin (UNHAS) 1965-1966, serta Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tahun 1967-1969 memberi bekal untuk menyelesaikan masalah-masalah yang sulit tersebut.
Tahun 1965 sesaat setelah pembentukan Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar), M. Jusuf Kalla terpilih menjadi Ketua Pemuda Sekber Golkar Sulawesi Selatan dan Tenggara (1965-1968). Kemudian, terpilih menjadi Anggoa DPRD Provinsi Sulawesi Selatan Periode 1965-1968 mewakili Sekber Golkar. Pada Musyawarah Nasional (Munas) Golkar di Bali, bulan Desember 2004 ia terpilih menjadi Ketua Umum Partai Golkar Periode 2004-2009. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Anggota Dewan Penasihat DPP Golkar, dan menjadi Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Utusan Golkar (1982-1987), serta Anggota MPR-RI Utusan Daerah (1997-1999).
Putra pasangan Hadji Kalla dan Hajjah Athirah ini sebelum terjun ke pemerintahan dikenal luas oleh dunia usaha sebagai pengusaha sukses. Usaha-usaha yang dirintis ayahnya, NV. Hadji Kalla, diserahkan kepemimpinannya sesaat setelah ia diwisuda menjadi Sarjana Ekonomi di Universitas Hasanuddin Makassar Akhir Tahun 1967.
Di samping menjadi Managing Director NV. Hadji Kalla, juga menjadi Direktur Utama PT Bumi Karsa dan PT Bukaka Teknik Utama.
Usaha yang digelutinya, di samping usaha lama, ekspor hasil bumi, dikembangkan usaha yang penuh idealisme, yakni pembangunan infrastruktur seperti pembangunan jalan, jembatan, dan irigasi guna mendorong produktivitas masyarakat pertanian.
Anak perusahaan NV. Hadji Kalla antara lain; PT Bumi Karsa (bidang konstruksi) dikenal sebagai kontraktor pembangunan jalan raya trans Sulawesi, irigasi di Sulsel, dan Sultra, jembatan-jembatan, dan lain-lain. PT Bukaka Teknik Utama didirikan untuk rekayasa industri dan dikenal sebagai pelopor pabrik Aspal Mixing Plant (AMP) dan gangway (garbarata) di Bandara, dan sejumlah anak perusahaan di bidang perumahan (real estate); transportasi, agrobisnis dan agroindustri.
Atas prestasinya di dunia usaha, Jusuf Kalla dipilih oleh dunia usaha menjadi Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Sulawesi Selatan (1985-1997), Ketua Dewan Pertimbangan KADIN Indonesia (1997-2002), Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Sulawesi Selatan (1985-1995), Wakil Ketua ISEI Pusat (1987-2000), dan Penasihat ISEI Pusat (2000-sekarang).
Di bidang pendidikan, Jusuf Kalla menjadi Ketua Yayasan Pendidikan Hadji Kalla yang mewadahi TK, SD, SLTP, SLTA Athirah, Ketua Yayasan Pendidikan Al-Ghazali, Universitas Islam Makassar. Selain itu, ia menjabat Ketua Dewan Penyantun (Trustee) pada beberapa universitas, seperti Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar; Institut Pertanian Bogor (IPB); Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar; Universitas Negeri Makassar (UNM), Ketua Dewan Pembina Yayasan Wakaf Paramadina; Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) UNHAS.
Di kalangan ulama dan pemuka masyarakat, nama Jusuf Kalla dikenal sebagai Mustasyar Nahdhatul Ulama Wilayah Sulawesi Selatan, melanjutkan tugas-tugas dan tanggung jawab ayahnya, Hadji Kalla, yang sepanjang hidupnya menjadi bendahara NU Sulsel juga menjadi bendahara Masjid Raya, Masjid Besar yang bersejarah di Makassar. Ketika akan membangun masjid bersama Alm. Jenderal M. Jusuf, Jusuf Kalla dipilih menjadi Ketua Yayasan Badan Wakaf Masjid Al-Markaz al-Islami (Masjid Jend. M. Jusuf). Sekarang, Masjid tersebut menjadi Masjid termegah di Indonesia Timur.
Di kalangan agama-agama lain selain Islam, Jusuf Kalla dipilih menjadi Ketua Forum Antar-Agama Sulsel.
Penggemar olah raga golf ini, selama sepuluh tahun (1980-1990) menjadi Ketua Persatuan Sepak Bola Makassar (PSM) dan Pemilik Club Sepak Bola Makassar Utama (MU) tahun 1985-1992.
H. M. Jusuf Kalla yang menikah dengan Nyonya Hajjah Mufidah Jusuf telah dikaruniai satu putra dan empat putri serta dikaruniai sembilan cucu.
Selain tugas rutin, Wakil Presiden Republik Indonesia juga melaksanakan program-program strategis pemerintah Indonesia, meliputi: revitalisasi pertanian dan kehutanan, pertanian; peningkatan kinerja industri dalam negeri dengan membangun industri listrik, dan industri pertahanan, energi dan sumber daya mineral; pekerjaan umum dengan percepatan pembangunan jalan tol Trans-Jawa, jalan di luar Jawa serta proyek pengairan skala menengah.
Program strategis Wakil Presiden Republik Indonesia juga mencakup: percepatan pembangunan bandara udara, pelabuhan dan kereta api; perdagangan dengan peningkatan ekspor; kelautan untuk peningkatan produksi perikanan; tenagakerja dengan penyelesaian masalah perburuhan; perumahan dengan membangun rumah susun; pariwisata dengan peningkatan; bidang BUMN dengan peningkatan kinerja BUMN; bidang Usaha Kecil Menengah dengan menghidupkan kembali sistem jaminan untuk kredit kecil; dan bidang penanaman modal dengan menyusun program perbaikan Doing Business.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla
Tempat/Tgl. Lahir : Watampone, 15 Mei 1942
Alamat Rumah : Jl. Denpasar Raya CIII/9 Kuningan Jakarta Pusat
Isteri : Ny. Mufidah Jusuf
Tempat/Tgl. Lahir : Sibolga, 12 Februari 1943
Anak-anak :
1. Muchlisa Jusuf
2. Muswirah Jusuf
3. Imelda Jusuf
4. Solichin Jusuf
5. Chaerani Jusuf
6. Cucu : (1). Ahmad Fikri; (2) Mashitah; (3) Jumilah Saffanah; (4) Emir Thaqib; (5) Rania Hamidah; (6) Aisha Kamilah; (7) Siti Safa; (8) Rasheed; dan (9) Maliq Jibran.
Pendidikan Terakhir : Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin Makassar, 1967
PENGALAMAN PEMERINTAHAN
* 1999 – 2000 : Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia
* 2001 – 2004 : Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rayat Republik Indonesia
* 2004 – Sekarang : Wakil Presiden RI
PARTAI GOLKAR
* N P A G : 20000000066
* 1965 – 1968 : Ketua Pemuda Golkar Sulsel
* 1978 – 1999 : Anggota Dewan Penasehat DPD Golkar Sulawesi Selatan
* 1999 – 2005 : Anggota Dewan Penasehat DPP Gololongan Karya (Golkar)
* 2005 – sekarang : Ketua Umum DPP Golkar
LEMBAGA LEGISLATIF
* 1965 – 1968 : Anggota DPRD Sulsel, mewakili Pemuda Sekber Golkar
* 1982 – 1987 : Anggota MPR – RI Utusan Golkar
BIDANG AGAMA
* Ketua Yasan Badan Wakaf Masjid Al-Markaz Al-Islami Makassar
* Bendahara Masjid Raya Makasar
* Mustasyar NU Sulsel
* Ketua Forum Antar-Agama Sulsel
BIDANG OLAHRAGA
* 1980-1990 : Ketua PSM Makassar
* 1985-1992 : Ketua Klub Sepak Bola Makassar Utama
* 1980-1990 : Bendahara PERBAKIN Sulawesi Selatan
BIDANG ORGANISASI MAHASISWA
* 1964-1966 : Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNHAS Makassar
* 1965-1966 : Ketua Umum HMI Cabang Makassar
* 1966-1968 : Ketua Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) Sulawesi Selatan
Referensi :
-
BIDANG ORGANISASI PROFESI
* 1985-1997 : Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Sulawesi Selatan
* 1997-2002 : Ketua Dewan Pertimbangan KADIN Indonesia
* 1985-1995 : Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Sulawesi Selatan
* 1987-2000 : Wakil Ketua ISEI Pusat
* 2000-Sekarang : Penasehat ISEI Pusat
* 1990-Sekarang : Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Hasanudin, Makassar.
* 1987-1992 : Anggota MPR RI (Anggota Badan Pekerja) - Utusan Golkar
* 1992-1997 : Anggota MPR RI (Anggota Badan Pekerja) - Utusan Daerah
* 1997-1999 : Anggota MPR RI (Anggota Badan Pekerja) - Utusan Daerah
BIDANG DUNIA USAHA
* 1969-2001 : Direktur Utama NV. Hadji Kalla
* 1969-2001 : Direktur Utama PT. Bumi Karsa
* 1988-2001 : Komisaris Utama PT. Bukaka Teknik Utama
* 1988-2001 : Direktur Utama PT. Bumi Sarana Utama
* 1988-2001 : Direktur Utama PT. Kalla Inti Karsa
* 1995-2001 : Komisaris Utama PT Bukaka Siagtel International
BIDANG SOSIAL/PENDIDIKAN
* 1982-Sekarang : Ketua Umum Yayasan Pendidikan Hadji Kalla
* 1990-Sekarang : Ketua Umum Yayasan pendidikan Al-Gozali Universitas Islam Makassar
* 1975-1995 : Ketua Yayasan Badan Wakaf Universitas Muslim Indonesia, Makassar
* 1975-Sekarang : Ketua Perguruan islam Dutumuseng, Makassar
* 1980-Sekarang :
* Anggota Dewan Penyantun Universitas Hasanudin,
* Anggota Dewan Penyantun IAIN Makassa,
* Anggota Dewan Penyantun UNM/IKIP Makassar.
* 2002-Sekarang : Anggota Wali Amanat IPB-Bogor.
* 2006-Sekarang : Ketua Dewan Pembina Yayasan Wakaf Paramadina.
Referensi :
- http://community.um.ac.id/showthread.php?82969-Biografi-Jusuf-Kalla
4.Biografi Putera Sampoerna - Pemilik PT Sampoerna
Putera Sampoerna, mengguncang dunia bisnis Indonesia dengan menjual seluruh saham keluarganya di PT HM Sampoerna senilai Rp18,5 triliun, pada saat kinerjanya baik. Generasi ketiga keluarga Sampoerna yang belakangan bertindak sebagai CEO Sampoerna Strategic, ini memang seorang pebisnis visioner yang mampu menjangkau pasar masa depan.Berbagai langkahnya seringkali tidak terjangkau pebisnis lain sebelumnya. Dia mampu membuat sensasi (tapi terukur)dalam dunia bisnis. Sehingga pantas saja Warta Ekonomi menobatkan putra Liem Swie Ling (Aga Sampoerna) ini sebagai salah seorang Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh 2005. Sebelumnya, majalah Forbes menempatkannya dalam peringkat ke-13 Southeast Asia’s 40 Richest 2004.
Putera Sampoerna, pengusaha Indonesia kelahiran Schidam, Belanda, 13 Oktober 1947. Dia generasi ketiga dari keluarga Sampoerna di Indonesia. Adalah kakeknya Liem Seeng Tee yang mendirikan perusahaan rokok Sampoerna. Putera merupakan presiden direktur ketiga perusahaan rokok PT. HM Sampoerna itu. Dia menggantikan ayahnya Aga Sampoerna.
Kemudian, pada tahun 2000, Putera mengestafetkan kepemimpinan operasional perusahaan (presiden direktur) kepada anaknya, Michael Sampoerna. Dia sendiri duduk sebagai Presiden Komisaris PT HM Sampoerna Tbk, sampai saham keluarga Sampoerna (40%) di perusahaan yang sudah go public itu dijual kepada Philip Morris International, Maret 2005, senilai Rp18,5 triliun.
Pria penggemar angka sembilan, lulusan Diocesan Boys School, Hong Kong, dan Carey Grammar High School, Melbourne, serta University of Houston, Texas, AS, itu sebelum memimpin PT HM Sampoerna, lebih dulu berkiprah di sebuah perusahaan yang mengelola perkebunan kelapa sawit milik pengusaha Malaysia. Kala itu, dia bermukim di Singapura bersama isteri tercintanya, Katie, keturunan Tionghoa warga Amerika Serikat.
Dia mulai bergabung dalam operasional PT. HM Sampoerna pada 1980. Enam tahun kemudian, tepatnya 1986, Putera dinobatkan menduduki tampuk kepemimpinan operasional PT HAM Sampoerna sebagai CEO (chief executive officer) menggantikani ayahnya, Aga Sampoerna.
Namun ruh kepemimpinan masih saja melekat pada ayahnya. Baru setelah ayahnya meninggal pada 1994, Putera benar-benar mengaktualisasikan kapasitas kepemimpinan dan naluri bisnisnya secara penuh. Dia pun merekrut profesional dalam negeri dan mancanegara untuk mendampinginya mengembangkan dan menggenjot kinerja perusahaan.
Sungguh, perusahaan keluarga ini dikelola secara profesional dengan dukungan manajer profesional. Perusahaan ini juga go public, sahamnya menjadi unggulan di bursa efek Jakarta dan Surabaya. Ibarat sebuah kapal yang berlayar di samudera luas berombak besar, PT HM Sampoerna berhasil mengarunginya dengan berbagai kiat dan inovasi kreatif.
Tidak hanya gemilang dalam melakukan inovasi produk inti bisnisnya, yakni rokok, namun juga berhasil mengespansi peluang bisnis di segmen usaha lain, di antaranya dalam bidang supermarket dengan mengakuisi Alfa dan sempat mendirikan Bank Sampoerna akhir 1980-an.
Di bisnis rokok, HM Sampoerna adalah pelopor produk mild di tanah air, yakni rokok rendah tar dan nikotin. Pada 1990-an, itu Putera Sampoerna dengan kreatif mengenalkan produk rokok terbaru: A Mild. Kala itu, Putera meluncurkan A Mild sebagai rokok rendah nikotin dan “taste to the future”, di tengah ramainya pasar rokok kretek. Kemudian perusahaan rokok lain mengikutinya.
Dia memang seorang pebisnis visioner yang mampu menjangkau pasar masa depan. Berbagai langkahnya seringkali tidak terjangkau pebisnis lain sebelumnya. Dia mampu membuat sensasi (tapi terukur)dalam dunia bisnis. Langkahnya yang paling sensasional sepanjang sejarah sejak HM Sampoerna berdiri 1913 adalah keputusannya menjual seluruh saham keluarga Sampoerna di PT HM Sampoerna Tbk (40%) ke Philip Morris International, Maret 2005.
Keputusan itu sangat mengejutkan pelaku bisnis lainya. Sebab, kinerja HM Sampoerna kala itu (2004) dalam posisi sangat baik dengan berhasil memperoleh pendapatan bersih Rp15 triliun dengan nilai produksi 41,2 miliar batang. Dalam posisi ketiga perusahaan rokok yang menguasai pasar, yakni menguasai 19,4% pangsa pasar rokok di Indonesia, setelah Gudang Garam dan Djarum.
Mengapa Putera melepas perusahaan keluarga yang sudah berumur lebih dari 90 tahun ini? Itu pertanyaan yang muncul di tengah pelaku bisnis dan publik kala itu.
Belakangan publik memahami visi Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh 2005 versi Majalah Warta Ekonomi ini ((Warta Ekonomi 28 Desember 2005). Dia melihat masa depan industri rokok di Indonesia akan makin sulit berkembang. Dia pun ingin menjemput pasar masa depan yang hanya dapat diraihnya dengan langkah kriatif dan revolusioner dalam bisnisnya. Secara revolusioner dia mengubah bisnis intinya dari bisnis rokok ke agroindustri dan infrastruktur.
Hal ini terungkap dari langkah-langkahnya setelah enam bulan melepas saham di PT HM Sampoerna. Juga terungkap dari ucapan Angky Camaro, orang kepercayaan Putera: “Arahnya memang ke infrastruktur dan agroindustri.”
Terakhir, di bawah bendera PT Sampoerna Strategic dia sempat berniat mengakuisisi PT Kiani Kertas, namun untuk sementara dia menolak melanjutkan negosiasi transaksi lantaran persyaratan yang diajukan Bank Mandiri dinilai tak sepadan. Dia pun dikabarkan akan memasuki bisnis jalan tol, jika faktor birokrasi dan kondisi sosial politik kondusif.
Biodata
Nama
Putera Sampoerna
Lahir
Schidam, Belanda, 13 Oktober 1947
Isteri:
Katie
Anak:
Michael Sampoerna
Ayah:
Aga Sampoerna (Liem Swie Ling)
Kakek:
Liem Seeng Tee
Pekerjaan
- CEO PT Sampoerna Strategic
- Presiden Komisaris PT HM Sampoerna
Pendidikan
- Diocesan Boys School, Hong Kong
- Carey Grammar High School, Melbourne
- University of Houston, Texas, AS
Referensi :
- http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/p/putera-sampoerna/index.shtml
5.Biografi Aburizal Bakrie - Pengusaha Indonesia
Aburizal Bakrie lahir di Jakarta, 15 November 1946, Dia adalah anak sulung dari keluarga Achmad Bakrie, pendiri Kelompok Usaha Bakrie, dan akrab dipanggil Ical. Selepas menyelesaikan kuliah di Fakultas Elektro Institut Teknologi Bandung pada 1973, Ical memilih fokus mengembangkan perusahaan keluarga, dan terakhir sebelum menjadi anggota kabinet, dia memimpin Kelompok Usaha Bakrie (1992-2004). Selama berkecimpung di dunia usaha, Ical juga aktif dalam kepengurusan sejumlah organisasi pengusaha. Sebelum memutuskan meninggalkan karier di dunia usaha, dia menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) selama dua periode (1994-2004).
Pada 2004, Ical memutuskan untuk mengakhiri karier di dunia usaha, setelah mendapat kepercayaan sebagai Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Kabinet Indonesia Bersatu periode 2004-2009. Dan sejak terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar 2009-2010, waktu dan energinya tercurah untuk mengurus partai.
Aburizal Bakrie Sebagai pengusaha Indonesia juga merupakan Ketua Umum Partai Golkar sejak 9 Oktober 2009. Ia pernah menjabat Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat dalam Kabinet Indonesia Bersatu. Sebelumnya ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Perekonomian dalam kabinet yang sama, namun posisinya berubah dalam perombakan yang dilakukan presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 5 Desember 2005.
Ical pernah disebut-sebut sebagai orang terkaya se-Asia Tenggara. Dia pengusaha yang terbilang paling gemilang pada sepuluh tahun reformasi di Indonesia. Selain bisa keluar dari krisis ekonomi yang mengancam perusahaannya, Bakrie Grup, justru bisa menduduki posisi penting di pemerintahan.
Keluarga Bakrie pernah pula dinobatkan oleh Majalah Forbes Asia sebagai orang terkaya di Indonesia tahun 2007. Dia tidak membantah tetapi juga tidak menanggapinya secara berlebihan. Apa rahasia sukses bisnis keluarga ini? KABAR heboh itu bertiup dari Singapura. Dari Negeri Singa itulah, majalah Forbes Asia edisi 13 Desember 2007 dilansir. Isinya, seperti tahun-tahun sebelumnya, memajang daftar orang-orang super-tajir alias terkaya dari Indonesia. Dan yang bikin heboh, jawaranya untuk tahun ini adalah Aburizal Bakrie, pengusaha sekaligus politisi yang pernah tersuruk di masa krisis ekonomi satu dekade silam.
Banyak orang terkesiap. Bagaimana mungkin Ical—panggilan akrab Aburizal—yang sebelumnya masih di urutan keenam dengan kekayaan US$ 1,2 miliar, kini menyodok ke urutan teratas? Jawabannya, menurut hasil riset Forbes, terletak pada kemampuannya melipatgandakan pundi-pundi Kekayaannya.
Hanya dalam tempo setahun, kekayaan keluarga Aburizal Bakrie melejit hampir lima kali lipat dari angka tahun lalu menjadi US$ 5,4 miliar atau sekitar Rp 50,2 triliun! Berkat prestasi ini, Aburizal langsung menggusur lima taipan papan atas sekaligus. Bos Grup Raja Garuda Mas, Sukanto Tanoto, yang tahun lalu dinobatkan sebagai orang terkaya, kini turun satu peringkat ke urutan runner-up.
Grup Bakrie memang sedang mujur. Menurut seorang bankir investasi, kelompok usaha ini diuntungkan dua berkah sekaligus: harga komoditas yang melonjak di pasar dunia dan serbuan investor global di pasar modal Asia-Pasifik. Itu sebabnya, indeks saham di sejumlah bursa di kawasan ini melesat rata-rata 27 persen sepanjang tahun ini. BursaIndonesia bahkan diperkirakan tumbuh hingga 52 persen.
Keluarga Bakrie sebagai pemilik 40 persen saham Bumi tentu ikut sumringah. Saham yang dikantonginya itu kini bernilai tunai Rp 47 triliun. Ini berarti lebih dari 90 persen dari total kekayaannya yang ditaksir Forbes sekitar Rp 50,2 triliun berasal dari kepemilikan saham perusahaan tambang ini. ”Ini bukti pasar percaya,” ujar Aburizal di Jimbaran, Bali.
Itu baru dari saham Bumi. Keluarga ini masih memiliki tambang duit lain di bursa Indonesia. Harga saham PT Bakrieland Development naik 223 persen, PT Energi Mega Persada 190 persen, PT Bakrie Sumatra Plantations 126 persen, PT Bakrie & Brothers 96 persen, dan PT Bakrie Telecom 75 persen. Umumnya, keluarga ini menjadi pemilik mayoritas di perusahaan-perusahaan publik tersebut.
Lalu apa rahasia di balik kejayaan Grup Bakrie? Sejumlah analis dan eksekutif dari grup bisnis ini menyebut kuncinya terletak pada kepiawaian manajemen melihat peluang dan waktu dalam pengambilan keputusan. Menurut Suryo Sulisto, Presiden Komisaris Bumi Resources, ini tak lepas dari gerak cepat Grup Bakrie membajak para profesional handal, dari dalam dan luar negeri, untuk menduduki posisi teras manajemen.
Ada pula jawaban lain di balik melejitnya bisnis Bakrie. Di mata ekonom Dradjad Wibowo, kunci kesuksesan Bakrie merupakan gabungan tiga hal: keberuntungan, kepiawaian membaca pasar, dan kedekatan dengan lingkar kekuasaan. Seorang bankir investasi menambahkan satu faktor: kemujuran. Kelihaian Bakrie mencuri peluang dari pesaing bisnisnya tak diragukan lagi.
Keluarga Aburizal Bakrie
Aburizal mempunyai tiga adik yaitu sebagai berikut :
Roosmania Odi Bakrie, menikah dengan Bangun Sarwito Kusmulyono
Indra Usmansyah Bakrie, menikah dengan Gaby Djorgie
Nirwan Dermawan Bakrie, menikah dengan Indira (Ike)
Aburizal menikah dengan Tatty Murnitriati dan dikaruniai tiga anak sebagai berikut:
Anindya Novyan Bakrie, menikah dengan Firdani Saugi
Anindhita Anestya Bakrie, menikah dengan Taufan Nugroho
Anindra Ardiansyah Bakrie, menikah dengan Nia Ramadhani
Pekerjaan
1992 - 2004 Komisaris Utama/Chairman, Kelompok Usaha Bakrie
1989 – 1992 Direktur Utama PT. Bakrie Nusantara Corporation
1988 – 1992 Direktur Utama PT Bakrie & Brothers
1982 – 1988 Wakil Direktur Utama PT. Bakrie & Brothers
1974 –1982 Direktur PT. Bakrie & Brothers
1972 – 1974 Asisten Dewan Direksi PT. Bakrie & Brothers
Referensi :
- http://id.wikipedia.org/wiki/Aburizal_Bakrie
- http://chudrizal.blogspot.com/2010/02/profil-aburizal-bakrie-bisnisnya.html
6.Biografi Ciputra - Enterpreneur Sukses Indonesia
Dengan nama lengkap Dr. Ir. Ciputra lahir di kota kecil Parigi, Sulawesi Tengah pada tanggal 24 Agustus 1931 dengan nama Tjie Tjin Hoan, ia anak ke 3 dari pasangan Tjie Sim Poe dan Lie Eng Nio yang juga berlatar belakang keluarga sederhana. Ketika berusia 12 tahun ia kehilangan ayahnya yang meninggal di tahanan tentara pendudukan Jepang karena tuduhan palsu dianggap mata-mata Belanda. Kepahitan masa kecil telah menimbulkan tekad dan keputusan penting yaitu memiliki cita-cita bersekolah di Pulau Jawa demi hari depan yang lebih baik, bebas dari kemiskinan dan kemelaratan.Akhirnya Dr. Ir. Ciputra kecil kembali ke bangku sekolah walau terlambat. Ia terlambat karena negara kita masih dalam suasana peperangan dengan tentara Belanda maupun Jepang. Ia masuk kelas 3 SD di desa Bumbulan walau usianya sudah 12 tahun atau terlambat hampir 4 tahun. Ketika usianya 16 tahun lulus dari SD kemudian melanjutkan SMP di Gorontalo dan jenjang SMA di Manado setelah itu memasuki ITB jurusan arsitektur di Bandung. Terlambat tapi bukan berarti terhambat bukan..?
Keseluruhan pendidikan masa remaja Dr. Ir. Ciputra memang merupakan gabungan dari pendidikan yang akademis dan juga non akademis, di dalam kelas dan juga di luar kelas. Inilah yang dapat disebut sebagai sekolah kehidupan yang membuat seseorang tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan utuh. Oleh karena itu tidak heran bila saat ini ia berpendapat bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang membangun manusia seutuhnya dan beberapa cirinya adalah membangun moral, mendorong kreativitas dan mendidik karakter-karakter mandiri siswa-siswinya.
Karya-karya besar Ciputra begitu beragam, karena hampir semua subsektor properti dijamahnya. Ia kini mengendalikan 5 kelompok usaha Jaya, Metropolitan, Pondok Indah, Bumi Serpong Damai, dan Ciputra Development yang masing-masing memiliki bisnis inti di sektor properti. Proyek kota barunya kini berjumlah 11 buah tersebar di Jabotabek, Surabaya, dan di Vietnam dengan luas lahan mencakup 20.000 hektar lebih. Ke-11 kota baru itu adalah Bumi Serpong Damai, Pantai Indah Kapuk, Puri Jaya, Citraraya Kota Nuansa Seni, Kota Taman Bintaro Jaya, Pondok Indah, Citra Indah, Kota Taman Metropolitan, CitraRaya Surabaya, Kota Baru Sidoarjo, dan Citra Westlake City di Hanoi, Vietnam. Proyek-proyek properti komersialnya, juga sangat berkelas dan menjadi trend setter di bidangnya. Lebih dari itu, proyek-proyeknya juga menjadi magnit bagi pertumbuhan wilayah di sekitarnya.
Perjalanan bisnis Ciputra dirintis sejak masih menjadi mahasiswa arsitektur Institut Teknologi Bandung. Bersama Ismail Sofyan dan Budi Brasali, teman kuliahnya, sekitar tahun 1957 Ciputra mendirikan PT Daya Cipta. Biro arsitek milik ketiga mahasiswa tersebut, sudah memperoleh kontrak pekerjaan lumayan untuk masa itu, dibandingkan perusahaan sejenis lainnya. Proyek yang mereka tangani antara lain gedung bertingkat sebuah bank di Banda Aceh. Tahun 1960 Ciputra lulus dari ITB. Ke Jakarta…Kita harus ke Jakarta, sebab di sana banyak pekerjaan, ujarnya kepada Islamil Sofyan dan Budi Brasali. Keputusan ini menjadi tonggak sejarah yang menentukan jalan hidup Ciputra dan kedua rekannya itu. Dengan bendera PT Perentjaja Djaja IPD, proyek bergengsi yang ditembak Ciputra adalah pembangunan pusat berbelanjaan di kawasan senen. Dengan berbagai cara, Ciputra adalah berusaha menemui Gubernur Jakarta ketika itu, Dr. R. Soemarno, untuk menawarkan proposalnya. Gayung bersambut. Pertemuan dengan Soemarno kemudian ditindak lanjuti dengan mendirikan PT Pembangunan Jaya, setelah terlebih dahulu dirapatkan dengan Presiden Soekarno.
Setelah pusat perbelanjaan Senen, proyek monumental Ciputra di Jaya selanjutnya adalah Taman Impian Jaya Ancol dan Bintaro Jay. Melalui perusahaan yang 40% sahamnya dimiliki Pemda DKI inilah Ciputra menunjukkan kelasnya sebagai entrepreuneur sekaligus profesional yang handal dalam menghimpun sumber daya yang ada menjadi kekuatan bisnis raksasa. Grup Jaya yang didirikan tahun 1961 dengan modal Rp. 10 juta, kini memiliki total aset sekitar Rp. 5 trilyun. Dengan didukung kemampuan lobinya, Ciputra secara bertahap juga mengembangkan jaringan perusahaannya di luar Jaya, yakni Grup Metropolitan, Grup Pondok Indah, Grup Bumi Serpong Damai, dan yang terakhir adalah Grup Ciputra. Jumlah seluruh anak usaha dari Kelima grup itu tentu di atas seratus, karena anak usaha Grup Jaya saja 47 dan anak usaha Grup Metropolitan mencapai 54. Mengenai hal ini, secara berkelakar Ciputra mengatakan: Kalau anak kita sepuluh, kita masih bisa mengingat namanya masing-masing. Tapi kalau lebih dari itu, bahkan jumlahnya pun susah diingat lagi.
Fasilitas merupakan unsur ketiga dari 10 faktor yang menentukan kepuasan pelanggan. Konsumen harus dipuaskan dengan pengadaan fasilitas umum dan fasilitas sosial selengkapnya. Tapi fasilitas itu tidak harus dibangun sekaligus pada tahap awal pengembangan. Jika fasilitas selengkapnya langsung dibangun, harga jual akan langsung tinggi. Ini tidak akan memberikan keuntungan kepada para pembeli pertama, selain juga merupakan resiko besar bagi pengembang. Ciputra memiliki saham di lima kelompok usaha (Grup Jaya, Grup Metropolitan, Grup Pondoh Indah, Grup Bumi Serpong Damai, dan Grup Ciputra). Dari Kelima kelompok usaha itu, Ciputra tidak menutupi bahwa sebenarnya ia meletakkan loyalitasnya yang pertama kepada Jaya. Pertama, karena ia hampir identik dengan Jaya. Dari sinilah jaringan bisnis propertinya dimulai. Sejak perusahaan itu dibentuk tahun 1961, Ciputra duduk dalam jajaran direksinya selama 35 tahun: 3 tahun pertama sebagai direktur dan 32 tahun sebagai direktur utama, hingga ia mengundurkan diri pada tahun 1996 lalu dan menjadi komisaris aktif. Kedua, adalah kenyataan bahwa setelah Pemda DKI, Ciputra adalah pemegang saham terbesar di Jaya.
PT Metropolitan Development adalah perusahaannya yang ia bentuk tahun 1970 bersama Ismail Sofyan, Budi Brasali, dan beberapa mitra lainnya. Kelompok usaha Ciputra ketiga adalah Grup Pondok Indah (PT Metropolitan Kencana) yang merupakan usaha patungan antara PT Metropolitan Development dan PT Waringin Kencana milik Sudwikatmono dan Sudono Salim. Grup ini antara lain mengembangkan Perumahan Pondok Indah dan Pantai Indah Kapuk. Kelompok usaha yang keempat adalah PT Bumi Serpong Damai, yang didirikan awal tahun 1980-an. Perusahaan ini merupakan konsorsium 10 pengusaha terkemuka – antara lain Sudono Salim, Eka Tjipta Widjaya, Sudwikatmono, Ciputra dan Grup Jaya – yang mengembangkan proyek Kota Mandiri Bumi Serpong Damai seluas 6.000 hektar, proyek jalan tol BSD – Bintaro Pondok Indah, dan lapangan golf Damai Indah Golf.
Grup Ciputra adalah kelompok usahanya yang Kelima. Grup usaha ini berawal dari PT Citra Habitat Indonesia, yang pada awal tahun 1990 diakui sisi seluruh sahamnya dan namanya diubah menjadi Ciputra Development (CD). Ciputra menjadi dirutnya dan keenam jajaran direksinya diisi oleh anak dan menantu Ciputra. Pertumbuhan Ciputra Development belakangan terasa menonjol dibandingkan keempat kelompok usaha Ciputra lainnya. Dengan usia paling muda, CD justru yang pertama go public di pasar modal pada Maret 1994. Baru beberapa bulan kemudian Jaya Real properti menyusul. Total aktiva CD pada Desember 1996 lalu berkisar Rp. 2,85 triliun, dengan laba pada tahun yang sama mencapai Rp. 131,44 miliar. CD kini memiliki 4 proyek skala luas: Perumahan Citra 455 Ha, Citraraya Kota Nuansa Seni di Tangerang seluas 1.000 Ha, Citraraya Surabaya 1.000 Ha, dan Citra Indah Jonggol. 1.000 Ha. Belum lagi proyek-proyek hotel dan mal yang dikembangkannya, seperti Hotel dan Mal Ciputra, serta super blok seluas 14,5 hektar di Kuningan Jakarta. Grup Ciputra juga mengembangkan Citra Westlake City seluas 400 hektar di Ho Chi Minh City, Vietnam. Pembangunannya diproyeksikan selama 30 tahun dengan total investasi US$2,5 miliar.
Selain itu, CD juga menerjuni bisnis keuangan melalui Bank Ciputra, dan bisnis broker melalui waralaba Century 21.
Sejak beberapa tahun lalu, Ciputra menyatakan Kelima grup usahanya – terutama untuk proyek-proyek propertinya – ke dalam sebuah aliansi pemasaran. Aliansi itu semula diberi nama Sang Pelopor, tapi kini telah diubah menjadi si Pengembang. “Nama Sang Pelopor terkesan arogan dan berorientasi kepada kepentingan sendiri,” ujar Ciputra tentang perubahan nama itu.
Referensi :
- http://yapono.wordpress.com/2008/06/07/ciputra-maestro-real-estate-indonesia/#comment-833
- http://rozisaptiyan.blogspot.com/2010/02/biografi-dr-ir-ciputra.html
- http://info-biografi.blogspot.com/2010/03/biografi-ir-ciputra.html
7.Biografi William Soeryadjaya - Pendiri PT Astra Internasional
William Soeryadjaya adalah pendiri PT Astra Internasional, seorang pekerja keras, ulet dan pantang menyerah untuk membangun kerajaan bisnisnya.Bagaimanakah kisah perjalanan bisnis taipan ulung anak pedagang Majalengka yang bernama Asli Tjia Kian Liong itu? Bisnis yang dilakoni pria kelahiran Majalengka, Jawa Barat, 20 Desember 1922, itu sesungguhnya diawali dengan penuh pahit dan getir. William telah menjadi yatim piatu pada usia 12 tahun. Menginjak usia 19 tahun, sekolahnya di MULO, Cirebon, putus di tengah jalan. Ia kemudian banting setir menjadi pedagang kertas di Cirebon.Selain berdagang kertas, William muda juga berdagang benang tenun di Majalaya. Tak begitu lama, ia beralih menjadi pedagang hasil bumi, seperti minyak kacang, beras, dan gula. "Dengan berdagang, saya dapat membantu kehidupan saudara-saudara saya," ujar anak kedua dari lima bersaudara keluarga pedagang ini, suatu ketika.
Dari perolehan hasil berdagang itu, William muda lalu melanjutkan studinya ke Belanda, dengan masuk ke Middlebare Vakschool V/d Leder & Schoen Industrie Waalwijk, sekolah industri yang mengajarkan penyamakan kulit. Begitu kembali ke Tanah Air tahun 1949, William mendirikan industri penyamakan kulit, yang kepengurusannya dia serahkan kepada seorang kawannya. Tiga tahun kemudian, William mendirikan CV Sanggabuana, bergerak di bidang perdagangan dan ekspor-impor. Cuma cilakanya, dalam menggeluti bisnis ini, ia ditipu rekannya. "Saya rugi jutaan DM," ujar William.
Lima tahun kemudian, atau tepatnya tahun 1957, bersama Drs Tjia Kian Tie, adiknya, dan Lim Peng Hong, kawannya, William mendirikan PT Astra Internasional Inc. Bisnis perusahaan barunya ini pada mulanya hanya bergerak dalam pemasaran minuman ringan merek Prem Club, lalu ditambah dengan mengekspor hasil bumi. Dalam perkembangan berikutnya, lahan garapan usaha astra meluas ke sektor otomotif, peralatan berat, peralatan kantor, perkayuan, dan sebagainya. Astra tumbuh bak "pohon rindang", seperti yang ditamsilkan William sendiri.
Keberhasilan Astra ketika itu, diakui William, tidak terlepas berkat ada kebijaksanaan Pemerintah Orde Baru, yang memberi angin sejuk kepada dunia usaha untuk berkembang. Salah satu contohnya tahun 1968-1969, Astra diperkenankan memasok 800 kendaraan truk merek Chevrolet. Kebetulan, saat itu pemerintah sedang mengadakan program rehabilitasi besar-besaran. Saking banyaknya yang membutuhkan, kendaraan truk itu laris bak pisang goreng. Apalagi, ketika itu terjadi kenaikan kurs dollar, dari Rp 141 menjadi Rp 378
per dollar AS.
"Bisa dibayangkan berapa keuntungan kami," ujar Oom Willem, panggilan akrabnya, kala itu. Sejak itu pula Astra kerap ditunjuk sebagai rekanan pemerintah dalam menyediakan berbagai sarana pembangunan.
Dalam perjalanan selanjutnya, Astra tak hanya sebatas memasok, tetapi juga mulai merakit sendiri truk Chevrolet. Lalu, mengageni dan merakit alat besar, Komatsu, mobil Toyota, dan Daihatsu, sepeda motor Honda, dan mesin fotokopi Xerox. Yang berikutnya pula, akhirnya lahan usaha yang baru ini menjadi "mesin uang" dari PT Astra Internasional Inc.
Masih ada satu bisnis Astra yang lain, yaitu agrobisnis. Astra yang omzetnya pada tahun 1984 mencapai 1,5 miliar dollar AS masuk ke agrobisnis dengan membuka kawasan pertanian kelapa dan casava seluas 15.000 hektar di Lampung. Namun, bukanya tanpa alasan Astra masuk ke sektor agrobisnis. "Agrobisnis yang mengusahakan peningkatan produksi pada sektor pertanian itu merupakan gagasan pemerintah yang patut ditanggapi berbagai kalangan wirausahawan Indonesia," kata William dalam ceramahnya di Universitas Katholik Parahyangan tahun 1984.
Pada tahun itu juga Astra membeli Summa Handelsbank Ag, Deulsdorf, Jerman. Pengelolaan bank yang tak ada kaitannya dengan bisnis Astra ini diserahkan kepada putra tertuanya, Edward Soeryadjaya, sarjana ekonomi lulusan Jerman Barat.
Di bank ini William mengantongi 60 persen saham yang dibagi rata dengan Edward. Cuma, sayangnya, Edward kurang berhati-hati dalam menjalankan roda usaha perbankan itu. Edward terlalu royal dalam mengumbar kredit. Akibatnya, tahun 1992 bank ini dilanda utang yang begitu besar dan untuk melunasinya, terpaksa William melepas kepemilikannya di Astra.
William pasrah. Ia selalu kembalikan kepada Tuhan. Ia selalu berpegang pada prinsip: Manusia berusaha, Tuhan menentukan. Yang paling penting baginya ketika itu adalah nasib para karyawan dan nasabah Bank Summa. Ia teramat sedih membayangkan pegawai sebanyak itu harus kehilangan mata pencahariannya. Oleh karenanya ia rela menjual saham-sahamnya di Astra guna memenuhi kewajiban Bank Summa.
Banyak spekulasi yang berkembang ketika Oom Willem terpaksa menjual sahamnya di Astra. Spekulasi yang banyak diyakini orang adalah adanya rekayasa pemerintah untuk menjatuhkan Oom Willem. Namun, Oom Willem sendiri tidak pernah merasa dikorbankan oleh sistem. Semua itu dianggapnya sebagai konsekuensi bisnis. Ia tidak mau larut dalam tekanan spekulasi dan keluhan. Melainkan ia pasrah dengan tulus kepada kehendak Tuhan. Dengan ketulusan itu pula, ia terus melangkah maju ke depan dengan pengharapan yang hidup. Dan, kini, salah satu kepeduliannya yang terbesar adalah bagaimana Astra dapat terus berperan sebagai agen pertumbuhan ekonomi nasional, yang antara lain dapat membuka lapangan kerja lebih luas.
Memang, membuka lapangan kerja, adalah salah satu impiannya yang tetap membara dari dulu hingga kini. Sebuah impian dan obsesi yang dilandasi kepeduliannya kepada sesama. "Salah satu hasrat saya dari dulu adalah membuka lapangan kerja," katanya. Apalagi kondisi Indonesia saat ini, yang dilanda krisis ekonomi, yang berakibat bertambahnya pengangguran.
Impian inilah yang mendorong Omm Wilem membeli 10 juta saham PT Mandiri Intifinance. Di sini, ia mengumpulkan dana untuk diinvestasikan ke dalam pengembangan usaha petani-petani kecil dan small and medium enterprises (usaha-usaha kecil dan menengah). Agar dapat menciptakan lapangan-lapangan kerja baru dan meningkatkan daya beli masyarakat, yang pada akhirnya akan mengangkat bangsa ini dari keterpurukan.
Namun, yang patut dipuji dari sikap William semasa kejayaannya di Astra adalah kepeduliannya terhadap rekannya, pengusaha kecil. Dalam suatu tulisannya di harian Suara Karya, "Peranan Pengusaha Besar Dalam Kerja Sama dengan Pengusaha Kecil demi Suksesnya Pelita IV", mengetengahkan bentuk-bentuk kerja sama antara yang besar dan yang kecil. Misalnya, menjadikan perusahaan besar sebagai market dari perusahaan kecil dalam bentuk leadership dan menjadi perusahaan kecil sebagai bagian dari service network produk perusahaan besar.
Sikapnya yang lain, yang juga patut ditiru, adalah kepeduliannya terhadap dunia pendidikan. William merelakan tanahnya di Cilandak, Jakarta Selatan, terjual dengan harga "miring" bagi pembangunan gedung Institut Prasetya Mulya, lembaga pendidikan yang dimaksudkan mencetak tenaga-tenaga manajer yang andal. Sejumlah konglomerat juga ikut membidani lembaga. William sendiri kala itu duduk sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina.
Sikap religiusnya pun merupakan salah satu contoh yang baik dalam menjalankan roda usahanya. Penganut Protestan yang teguh ini percaya betul bahwa keberhasilan yang diperolehnya , selain kerja kerasnya bersama semua karyawan, juga berkat rahmat dari Tuhan, bukan semata dari dirinya.
Semangatnya dalam menempuh bisnis pun patut dijadikan panutan. Kalau ia terjegal dalam kancah bisnis, itu bukanlah akhir dari perjalanan bisnisnya, melainkan justru awal dari kebangkitannya.
William Soeryadjaya, pendiri PT Astra Internasional Inc (sejak tahun 1990, Tbk), meninggal dunia hari Jumat (2/4/2010) pukul 22.43 di Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan. William sebelumnya beberapa kali dirawat karena sakit. Terakhir, ia dirawat tanggal 10 Maret dan sejak hari Kamis (1/4/2010) dirawat di unit rawat intensif (ICU). Jenazah disemayamkan di rumah duka RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, hingga Senin (5/4/2010).
William yang lahir di Majalengka, Jawa Barat, 20 Desember 1922, adalah pribadi yang rendah hati dan bersahaja. Keberhasilannya membangun Astra Internasional tidak pernah diklaim sebagai keberhasilan dirinya. Ketika ditanya mengenai keberhasilannya, ia mengatakan, ”Keberhasilan Astra berkat kerja keras semua karyawan dan rahmat Tuhan, bukan karena keberhasilan saya pribadi.”
William juga seorang visioner yang seakan mengerti ke mana bisnis akan bergerak. Ia juga adalah salah satu pelopor modernisasi industri otomotif nasional. Ia membangun jaringan bisnis dengan core product di sektor otomotif. Namun, memang, pertumbuhan bisnisnya tidak pernah lepas dari campur tangan pemerintah.
Keberhasilannya dalam berbisnis menjadikan ia menduduki banyak jabatan penting di sejumlah perusahaan, terutama yang berbasis otomotif.
William menjadi orang pertama Asia yang menjadi anggota Dewan Penyantun The Asia Society yang didirikan John D Rockefeller III di New York, AS, tahun 1956. Ia menarik diri dari dunia bisnis tahun 1992 ketika Bank Summa milik anaknya, Edward, kolaps dan harus dilikuidasi sehingga memaksanya melepas 100 juta lembar saham Astra Internasional guna melunasi kewajibannya. Beliau meninggal pada usia 78 tahun tepatnya hari Jumat (2/4/2010).
Ref :
http://pakarbisnisonline.blogspot.com/2010/04/kisah-perjalanan-bisnis-william.html
http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/w/william-soerjadjaja/biografi/01.shtml
http://info-biografi.blogspot.com/2010/04/william-soeryadjaya-pendiri-pt-astra.html
8.Nanang Syaifurozi (Rumah Warna )
MODAL dan pengalaman, bagaikan hantu dalam dunia bisnis bagi pemula. Tanpa modal besar dan pengalaman yang memadai, seakan-akan tak bisa memulai langkah. Benarkah demikian ? Bagi Nanang Syaifurozi (30) dan Ane Yarina Christi (28), alasan tersebut pasti akan ditolak mentah-mentah. Sebab pasangan muda suami isteri tersebut mengawali usahanya hanya dari hobi dan modal Rp 20 ribu. Tapi kini omzetnya mencapai miliaran rupiah per bulan.Nanang dan Ane tak pernah menyangka hobi mereka berdua semasa masih pacaran di bangku kuliah pada tahun 2000 menuntun jalan rezekinya. Awalnya mereka hanya menuruti kesukaan membuat pernak-pernik dari kertas, seperti bingkai (frame) foto. Hasilnya pun hanya untuk hiasan dinding kamar kos. Setelah itu iseng-iseng dijual ke temannya.
Karena laku, Nanang dan Ane pun tuman. Dengan modal Rp 20 ribu mereka membeli kertas, gunting, cutter dan lem untuk membuat frame foto lebih banyak lagi. Hasilnya dijajakan di bazar Minggu pagi di kawasan kampus UGM. “Saya jual Rp 7.000 perbuah. Laku satu saja rasanya senang banget,” ujar Nanang ketika dijumpai KR di tempat usahanya ‘Rumah Warna’ di Jalan Pandega Asih Ringroad Utara Caturtunggal Depok Sleman suatu siang.
Dengan telaten, jualan di pinggir jalan tersebut mereka lakoni hingga lebih dari satu tahun. Sejalan dengan itu mereka terus berkreasi dengan membuat aneka produk kreatif. Tak hanya sebatas bingkai foto, mereka merambah pula berbagai pernak-pernik kebutuhan remaja putri. Di tengah jalan, rintangan kecil mulai muncul. Orang tua Nanang yang mengetahui sepak terjang anaknya tersebut rupanya tak bisa menerima.
“Orang tua menentang karena ingin saya berkonsentrasi kuliah. Beliau berharap saya bisa kerja kantoran setelah lulus. Dan tidak ingin nasib saya sama seperti orang tua saya yang kesehariannya hanya jualan warung kelontong. Tapi saya tetap jalan terus pada pilihan saya. Karena saya yakin bisnis ini berprospek bagus,” kisah alumni D-3 Broadcasting UGM ini.
Kendati demikian Nanang bisa membuktikan keyakinannya dengan berhasil lulus pada tahun 2002. Setelah lulus, lagi-lagi Nanang melakukan sesuatu yang membuat orang tuanya kurang berkenan. Karena pada tahun 2002 itu juga Nanang nekat ingin menikahi Ane, adik kelasnya di kampus. Padahal mereka berdua belum memiliki pekerjaan mapan, bahkan masih dalam usia cukup muda 23 tahun.
“Prinsip saya, penghasilan kami berjualan pernak-pernik kreatif saat itu sudah cukup untuk makan sehari-hari. Karena tekad kami ingin menikah begitu kuat, akhirnya orang tua saya mengizinkan. Itupun nggak pakai ramai-ramai, asal sah di KUA. Bahkan teman-teman kos pun tidak ada yang tahu. Karena setelah menikah kami masih tetap kos sendiri-sendiri,” ujar pria muda kelahiran Banjarnegara Jateng 18 September 1979 ini.
Setelah menikah Nanang merasakan pintu rezekinya kian terbuka. Perubahan besar terjadi ketika dia menggelar karyanya pada salah satu stand di Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) tahun 2002. Usai FKY pesanan dari luar negeri membanjir. Awalnya dari Yunani yang memesan 10.000 pigura senilai Rp 43 juta. Lalu disusul dari Jepang, Spanyol, Perancis, Amerika Serikat dan Jerman.
Mulai saat itu ia merekrut karyawan meskipun hanya sebatas teman-temannya sendiri. Dalam mengembangkan produk, Nanang membidik pasar remaja putri. Saat itu produk yang sedang booming adalah frame dari kertas daur ulang. Namun ia tak mau latah. Justeru ia melihat belum banyaknya produk kreatif yang colourfull sesuai kesukaan cewek ABG.
Beranjak dari situ, tahun 2004 Nanang dan Ane mulai membuat produk yang dibuat dengan jahit-menjahit. Seperti dompet, tas, kantong handphone, bed cover dan sprei, namun tetap dengan konsep colourfull atau warna-warni. Kreativitas Nanang dan Ane pun diterima dengan baik oleh masyarakat. Karya demi karyanya terus mengalirkan rupiah.
“Awalnya memang tak mudah. Ketika saya butuh modal untuk mengembangkan usaha, masih dipandang sebelah mata oleh bank. Memang sulit mencari pinjaman ke bank bagi pebisnis pemula. Tapi sekarang setelah sukses, bank-bank berdatangan menawarkan pinjaman,” tutur Nanang.
Kerja keras hampir tujuh tahun telah bisa dinikmati hasilnya saat ini. Untuk terus mengembangkan usahanya, Nanang dan Ane membuka sistem franchise. Kini setidaknya telah ada 10 cabang franchise ‘Rumah Warna’ yang tersebar di wilayah Jawa, Kalimantan dan Kalimantan. Dari kesepuluh franchise ditambah dengan dua cabang miliknya sendiri, ‘Rumah Warna’ mampu membukukan omzet tak kurang dari Rp 1 miliar per bulan.
Kesuksesan tersebut tak lantas membuat pasangan pengusaha muda ini lupa diri. Bagi Nanang dan Ane, prinsip give and take selalu menjadi pegangan hidup. Keuntungan hasil usaha selalu disisihkan untuk diberikan kepada mereka yang nasibnya kurang beruntung. “Selalu memberi dulu, baru menerima dalam hal apapun,” tandas Nanang.
9.ANINDYA NOVYAN BAKRIE: Pengusaha Muda yang Bersahaja
Tubuh atletis, wajah tampan, berjiwa muda dan berwawasan luas. Itulah gambaran sekilas tentang sosok usahawan muda Indonesia yang satu ini, pria kelahiran Jakarta 10 November 1974. Dengan semangat jiwa muda dan wawasan luas yang ia miliki, ditunjang oleh pengalaman menempuh pendidikan tinggi di luar negeri, dia mampu menjalankan beberapa perusahaan besar sekaligus di bawah satu kontrol kepemimpinannya. Bahkan, pebisnis muda lulusan M.B.A dari Stanford Graduate School of Business, California, Amerika Serikat, ini juga telah menunjukkan kepiawaiannya memecahkan berbagai persoalan dan kemelut yang beberapa kali hadir melanda perusahaan di tengah persaingan bisnis yang sangat ketat.
Anindya Novyan Bakrie, itulah nama lengkap putra pertama dari Menteri Koordinator Bidang Kesra di Kabinet Indonesia Bersatu, Aburizal Bakrie. Pengusaha yang lebih akrab disapa Pak Anin oleh para kolega bisnis dan stafnya ini, adalah Presiden Direktur PT Bakrie Telecom Tbk, perusahaan yang dikenal luas dengan produk telepon seluler tarif murah “Esia”. Suami dari Firdiani Saugi dan ayah dari 3 anak – Alisha Anastasia Bakrie (P), Azra Fadilla Bakrie (P) dan Akila Abunindya Bakrie (L) – ini pernah “magang” di perusahaan PT Bakrie & Brothers Tbk. sebagai Deputi Kepala Operasi dan Direktur Pelaksana pada periode 1997-1999. Ia selanjutnya mendapat amanat penuh dari orang tuanya untuk memimpin beberapa perusahaan milik keluarga, salah satunya PT Bakrie Telecom Tbk.
Sebagai seorang presiden direktur di perusahaan besar pertelekomunikasian Indonesia, khususnya yang berbasis teknologi CDMA, Anindya selalu mendapatan pelajaran baru dari setiap langkah bisnis yang ia lakukan dalam memajukan pertelekomunikasian di tanah air. Sebagai anak muda, ia tidak pernah berhenti belajar, menimba ilmu dan pengalaman dari para senior. Hal ini tercermin dari jawaban pendeknya atas pertanyaan apa kiat dan rahasia keberhasilannya dalam mengelola usaha selama ini. “Saya belum pas untuk pertanyaan itu, karena saya sendiri masih belajar, belum punya kiat dan rahasia sukses,” katanya. Namun demikian, Anindya senantiasa terbuka kepada setiap orang yang ingin mencoba untuk mencontoh atau berbagi pengalaman sukses dalam mengelola bisnis di bidang telekomunikasi seperti yang digelutinya saat ini.
Selain menahkodai PT Bakrie Telecom Tbk, Anindya juga masuk dalam jajaran puncak memimpin beberapa perusahaan besar lainnya, yakni pada PT Lativi Media Karya (Lativi, yang berganti nama menjadi tvOne pada 14 Februari 2008 lalu) sebagai Presiden Komisaris, PT Cakrawala Andalas Televisi (ANTV) sebagai Presiden Direktur, dan di perusahaan Capital Managers Asia Pte., Ltd. (berpusat di Singapura) sebagai Chief Operating Officer. Dengan jabatan pimpinan di berbagai lembaga bisnis tersebut, dapat dibayangkan betapa sibuknya seorang Anindya bekerja dan berkarya mencapai tujuan usaha yang sedang ditekuni. Oleh karena itu, kesediaan tokoh pengusaha muda belia yang juga aktif di organisasi Kadin Indonesia sebagai Ketua Komite Tetap bidang Komunikasi dan Penyiaran ini menerima tim redaksi Harian Online KabarIndonesia (HOKI) di ruang kerjanya di Wisma Bakrie, Kuningan – Jakarta, untuk sebuah wawancara eksklusif beberapa waktu lalu menjadi sebuah momen langka dan amat istimewa.
Anindya ternyata seorang yang sederhana, bila tidak dapat dikatakan sangat bersahaja. Seperti layaknya pemuda pribumi Indonesia kebanyakan, ia terlihat biasa saja; ditunjang oleh sifat santun yang amat kentara jauh dari kesan bahwa ia seorang konglomerat kaya-raya; penampilannya saat itu menepis anggapan bahwa anak-anak pejabat menyenangi kehidupan glamour dan angkuh. Senyum yang senantiasa menghiasi wajahnya menambah “tenteram” suasana hati setiap tetamu yang hadir, ditambah percakapan bersahabat disertai tawa lepas ciri khas lelaki muda yang mudah bergaul dengan semua kalangan.
Anindya adalah seorang Muslim yang taat. Hal ini tercermin dari seringnya ungkapan syukur yang terlontar dari mulutnya di sela-sela pembicaraan; menurut rekan-rekannya ia juga rajin beribadah. Lulusan BSc. dari Northwestern University, Illionis, Amerika Serikat, yang pada
Sesungguhnya seorang Anindya bukanlah apa-apa walau ia terlahir dari keturunan keluarga mapan dan kaya mulai garis keluarga kakeknya, alm. H. Achmad Bakrie. Usaha yang dirintis dan dijalankannya saat ini, bila boleh dikatakan berhasil, itu tidak lepas dari kemampuan individu-nya sebagai seorang usahawan. “Darah bisnis” bawaan dari orang tuanya mungkin saja menjadi modal besar dalam mengelola suatu usaha. Dan hal tersebut lebih bermakna ketika Anindya telah mempersiapkan dirinya sendiri untuk menjadi pebisnis melalui pendidikan hingga ke tingkat Master ditambah kegigihannya menimba ilmu filosofi bisnis dari alm. kakeknya.
“Dalam hidup ini, terutama ketika menggeluti sebuah usaha, hal yang perlu ditanamkan adalah bahwa apapun yang dilaksanakan harus bermanfaat dan berguna bagi banyak orang,” demikian pesan kakeknya seperti dituturkan Anindya. Sebuah filsafat hidup sarat makna yang amat fundamental sebagai landasan berpijak dalam setiap kegiatan yang kita inginkan berhasil dengan baik. Hampir semua orang pernah mendengar dan tahu dengan pesan “moral” itu, namun tidak banyak yang mampu melakukannya dengan konsisten. Padahal, justru prinsip tersebut merupakan salah satu penentu berhasil-tidaknya seorang pengusaha.
Kalkulasi kemungkinan yang bisa terjadi di masa depan adalah salah satu pesan penting Anindya bagi sesama generasi muda serta penerus bangsa. Menurutnya, saat ini, komposisi penduduk Indonesia menunjukkan bahwa 65% adalah penduduk usia di bawah 35 tahun. Masa depan bangsa dan negara Indonesia pada 15 atau 20 tahun mendatang ditentukan oleh generasi yang 65% itu. Oleh karenanya, keadaan Indonesia pada 15 atau 20 tahun akan datang dapat diprediksi dengan melihat karakter dan keadaan generasi muda saat ini. Artinya, para pemuda dan generasi remaja perlu mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menyongsong masa 20 tahun nanti itu.
“We are living in an interesting time,” kata Anindya menggambarkan bahwa generasi muda saat ini sedang hidup di zaman yang amat menarik penuh tantangan. Yang oleh sebab itu, mereka perlu memiliki karakter inovator dan kreator handal jika ingin bangsa dan negaranya maju, tidak tertinggal lebih jauh dari bangsa-bangsa lain. Satu kebanggaan bagi Anindya adalah bahwa dari data survey, terdapat 85% pebisnis Indonesia di Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah generasi muda. Ini mengindikasikan bahwa semangat membangun dan berkarya kalangan muda cukup baik.
Percakapan dengan mantan analis keuangan Salomon Brothers Inc. (New York) ini makin hangat ketika HOKI memintanya untuk memberi penjelasan tentang konsep dasar menyediakan layanan telekomunikasi telepon seluler Esia dengan tarif yang dinilai “amat murah” kepada masyarakat. Anindya, yang saat ini aktif sebagai Sekretaris Jenderal The Asia Pasific Media Forum, dengan bersemangat menguraikan panjang lebar tentang landasan logis untuk berani tampil berbeda dari lembaga penyedia jasa telekomunikasi lainnya di tanah air.
Secara gampang, ia mengambil contoh pengalaman dari dunia penerbangan Indonesia yang telah memunculkan “pemenang” dari kelompok maskapai baru yang notabene “baru seumur jagung” dibandingkan pemain lama. Sebutlah Air Asia dan Lion Air yang dalam waktu tidak lebih dari 3 tahun tampil sebagai perusahaan penerbangan papan atas di tanah air melalui konsep tiket murah, dan bahkan terbang gratis selama setahun. Kenyataan ini merefleksikan bahwa keuntungan tidak hanya dapat dihitung dari seberapa besar selisih modal dengan penjualan, tetapi melalui perhitungan berapa banyak produk yang terjual. Kongkritnya, walau keuntungan satuan barang kecil tetapi terjangkau oleh lebih banyak konsumen, maka keuntungan tetap akan diraih oleh sebuah perusahaan, apapun jenis usahanya.
Fenomena tarif murah Esia kembali membuktikan bahwa filosofi “kebermanfaatan bagi orang banyak” serta “kesederhanaan”, tidak perlu mahal, adalah sebuah prinsip hidup yang bernilai kebenaran. “Tidak penting banyak untung dalam sekejap, yang paling dibutuhkan adalah konsistensi dan kontinuitas. Harga murah itu penting bagi sebagian besar masyarakat kita, dan bila dalam harga murah itu kita masih bisa memetik keuntungan walau sedikit, mengapa kita ragu untuk melakukan bisnis dengan harga murah?” demikian komentar Anindya setengah bertanya.
Berdasarkan pengalaman di tahun 2007 lalu, dimana Esia dapat membukukan 3,8 juta pelanggan produk perusahaannya, Anindya yang menyukai olahraga lari marathon ini, menargetkan pencapaian angka 7 juta pelanggan Esia pada tahun 2008. Angka itu diharapkan dapat bertambah hingga 10,5 juta di tahun 2009, dan ia optimis di akhir 2010, Esia akan digunakan oleh tidak kurang 14 juta pelanggan. Pencapaian angka spektakuler itu tentu bukan sesuatu yang mudah, di tengah persaingan yang amat ketat di antara para pebisnis telekomunikasi yang semakin bertambah jumlahnya. Namun, semangat jiwa muda yang dibarengi oleh kemampuan melakukan inovasi menjadi kunci sukses bagi seorang Anindya Novyan Bakrie.
10.Elang Gumilang Sukses di Usia 24 Tahun
Adalah Elang Gumilang (25) , wirausaha muda yang berada di balik pembangunan perumahan amat sederhana bertipe 22/60,mungil tapi fungsional tempat untuk pulang dan bernaung bagi mereka yang bisa terbilang miskin.Tangan dinginya menelurkan apa yang selama ini sangat jarang dilakukan pengembang kawakan - bermodal besar atau kecil – untuk membuat perumahan khusus orang miskin.Selama ini bisnis properti sepertinya hanya untuk ditujukan bagi kaum berpunya , demikian Elang berpikir. Mereka yang papa dan membutuhkan tempar bernaung justru hanya punya mimpi untuk memiliki rumah sendiri. “Ada 75 juta penduduk negeri ini yang membutuhkan rumah. Ini peluang bisnis , tapi kita sekalian ibadah membantu orang juga, ” katanya.
TARGET 2000 RUMAH
Berayahkan seorang kontraktor , buat elang bukan hal mustahil mencoba segala jenis usaha. Ditambah sejumlah pertimbangan mendalam, awal 2005-tatkala ia masih menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) – ia mulai membeli sepetak tanah dan membangun rumah pertamanya. Modal diperoleh dari patungan bersama teman-temannya semasa SMA maupun kuliah. Rumah sederhana berukuran 22 meter persegi dengan luas tanah 60 meter persegi ini langsung pindah tangan ketika selesai dibangun. Terbukti, orang haus akan rumah murah seharga 23-37 juta rupiah itu.
Saat itu, jumlah pekerja Elang baru sekitar tujuh orang untuk mengurusi administrasi hingga pemasaran. Namun lambat laun , bisnisnya ini berakar, menggeliat, dan bertumbuh. Dari satu unit , bertambah menjadi tiga unit . Bertambah terus , sampai sudah sekitar lebih dari 200-an rumah dibangunnya. Target yang direncanakannya tak tanggung-tanggung. Perusahaan Semesta Guna Grup miliknya, ingin membangun 2.000 unit rumah sederhana. Dalam waktu setahun , investasi yang ditanamkan naik berlipat. Nilai jual objek pajak (NJOP) tanah yang tadinya hanya Rp 50 ribu misalnya, melejit hingga lima kali lipat dalam dua semester.
Omzet per tahunnya pasti bikin pengusaha mana pun berdecak kagum – mengingat awal mula sepak terjangnya – karena tak kurang dari Rp 20 miliar per tahun dapat ia bukukan.Belum lagi dari kontrak pre periodik terbarunya menambah Rp 80 miliar hingga Rp 100 miliar ke bisnisnya.
Elang Gumilang, mahasiswa sederhana dari IPB – kampusnya petani- anak H. Enceh dan Hj.Priani, kini mempekerjakan ratusan karyawan pada setiap proyeknya. Sekitar 30 tenaga administrasi dan 100 pekerja di setiap proyek siap membantunya. Elang-lajang kelahiran Bogor , 6 April 1985 telah mengepakkan sayap bisnis sejauh yang ia bisa, dan terbang setinggi yang dapat ia capai.
‘Otot dan Otak Bisnis
Elang terlahir dari keluarga yang lumayan berada, namun bergaya hidup bersahaja. Pendidikan moral dari orangtuanya tertanam baik.
Ajaran itu terus berurat akar dalam dirinya. Sebagai pelajar sekolah, ia termasuk siswa gemilang. Jiwa wirausaha Elang mulai terasah saat ia duduk di bangku kelas 3 SMU. Ia mempunyai target setelah lulus SMA harus mendapatkan uang Rp 10 juta untuk modal kuliah. Tanpa sepengetahuan orangtua, ia berjualan donat keliling ke sekolah-sekolah dasar di Bogor. Namun, akhirnya orangtuanya tahu juga. Elang disuruh berhenti berjualan karena UAN (Ujian Akhir Nasional) telah menjelang.
Dilarang berjualan donat , pemenang lomba bahasa sunda tahun 2000 se Bogor ini tertangtang mencari uang dengan cara lain. Pada 2003 , ketika fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB mengadakan lomba Java Economic Competition se Jawa, Elang mengikutinya dan berhasil memenanginya . Begitu pula saat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menyelenggarakan kompetisi Ekonomi, Elang sukses menjadi juara ketiga. Hadiah uang yang diperolehnya, ia kumpulkan untuk modal kuliah.
Setelah lulus SMU , Elang melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi IPB tanpa tes. Saat itulah, bermodalkan uang sejuta rupiah, ia kembali berniat untuk memiliki sebuah usaha.
Awalnya, uang itu ia belanjakan sepatu, yang lantas dijual di Asrama Mahasiswa IPB. Hanya perlu waktu sebulan , ia sudah bisa mengantongi uang Rp 3 jutaan. Sayang, setelah berjalan beberapa tahun, supplier yang digunakannya menurunkan kualitas sepatu. Bisnis sepatu pun sirna. Ia melihat, lampu-lampu redup di kampus IPB sebagai peluang bisnis pengadaan lampu. Elang mencoba menerapkan strategi bisnis tanpa modal. Ia mengisahkan hikayat seorang pemuda miskin di Amerika Latin. Setiap hari si pemuda melambaikan tangan pada seorang pengusaha tembakau kaya raya dari Amerika yang sedang bertandang. Pada awalnya, lambaian tangan itu tidak dipedulikan. Namun, karena selalu berulang, pengusaha tembakau itu penasaran dan menanyakan maksud sang pemuda. Jawab si miskin adalah ” Saya punya tembakau berkualitas bagus . Bapak tidak usah membayar dulu, yang penting saya dapat PO dulu dari Bapak”. Setelah mendengar jawaban tersebut ,si pengusaha kaya lalu mebuatkan tanda tangan dan stempel kepada pemuda tersebut. Dengan modal itu, sang pemuda mengumpulkan hasil tembakau di kampungnya untuk dijual ke Amerika lewat si pengusaha kaya raya itu. Maka , jadilah pemuda itu orang kaya raya tanpa modal.
Strategi inilah yang ditiru Elang. Bermodal surat dari kampus, ia melobi perusahaan lampi Philips pusat untuk menyetok lampu di kampusnya. “Alhamdulillah proposal saya gol, dan setiap penjualan saya mendapat keuntungan Rp 15 juta,” Ucapnya bangga. Namun, karena bisnis lampu ini musiman dan perputaran uangnya lambat, terpikir oleh Elang untuk mencari bisnis yang lain. Setelah melihat celah di bisnis minyak goreng, Elang menekuni jualan minyak goreng ke warung-warung . Tapi karena bisnis minyak ini 80 % menggunakan otot, sehingga mengganggu kuliah, ia memutuskan untuk berhenti berjualan.
Menyimak perjalanannya, Elang mengaku bahwa bisnis demi bisnis yang dilakukannya lebih banyak menggunakan otot dari pada otak. Ia lalu berkonsultasi ke beberapa pengusaha dan dosennya untuk memperoleh wawasan lain. Enlightment lalu ditemukannya. Bisnis tidak harus selalu memakai otot, dan banyak peluang bisnis yang tidak menggunakan otot.
Setelah mendapat berbagai masukan, ia merintis bisnis Lembaga Bahasa Inggris di kampusnya. Karena lembaga kursus itu ditangani secara profesional dengan tenaga pengajar dari lulusan luar negeri, pihak Fakultas Ekonomi mempercayakan lembaganya itu menjadi mitra. Karena dalam bisnis ini ia tidak terlibat langsung, ia manfaatkan waktu luangnya untuk bekerja sebagai marketer perumahan.
UNTUK ORANG LAIN
Sebenarnya , tanpa beralih ke bisnis properti, untuk dirinya sendiri, Elang tidak bisa dibilang kurang mapan. Pemuda antirokok ini sudah mempunyai rumah dan mobil sendiri. Namun dibalik keberhasilannya itu, Elang merasa ada sesuatu yang kurang . “Kenapa kondisi saya begini, padahal saya di IPB hanya tinggal satu setengah tahun lagi. Semuanya saya sudah punya, apalagi yang saya cari di dunia ini ?” ia berdialog dengan nuraninya.
Ilham dari atas diperolehnya. Bisnis propertilah yang ditunjukkan Tuhan kepadanya. Namun,bisnis properti yang ditujukan untuk orang miskin lebih karena hatinya ikut tersentuh.”Banyak orang di Indonesia terutama yang tinggal di kota belum punya rumah, padahal mereka sudah berumur 60 tahun. Biasanya kendala mereka karena DP yang kemahalan, cicilan yang kemahalan, jadi sampai sekarang mereka belum berani untuk memiliki rumah.”unkapnya pada sebuah kesempatan.
Karena modalnya pas-pasan, untuk media promosinya sendiri Elang hanya mengiklankan di koran lokal . Karena harganya yang relatif murah , pada tahap awal pembangunan langsung terjual habis. Meski harganya murah, tapi fasilitas pendukung di dalamnya sangat komplet, seperti klinik 24 jam,angkot 24 jam,rumah ibadah,sekolah,lapangan olahraga, dan juga dekat dengan pasar. Karena rumah itu diperuntukkan bagi kalangan ekonomi bawah, kebanyakan profesi konsumennya adalah buruh pabrik, staff tata usaha (TU) IPB, bahkan ada juga para pemulung.
Sukses yang sudah ditangan tidak membuat Elang lupa diri. Justru, ia semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Salah satu wujud rasa syukur atas nikmatnya itu, dalam setiap proyek ia selalu menyisihkan 10 persen untuk kegiatan amal.”Uang yang 10 persen itu saya masukkan BMT (Baitul Mal Wa Tanwil/tabungan) pribadi, dan saya alokasikan untuk membantu orang-orang miskin dan orang-orang yang kurang modal,”Bebernya. Bagi Elang, materi yang saat ini ia miliki mengandung hak orang miskin yang wajib dibagi. Selain menyisihkan 10 persen dari hasil proyeknya, Elang juga memberikan sedekah mingguan, bulanan, dan bahkan tahunan kepada fakir miskin. Pendirianya;sedekah tidak perlu banyak tapi yang paling penting adalah kontinuitas dari sedekah tersebut.
Masih banyak sebenarnya yang ingin Elang lakukan . Diantaranya, ia bercita-cita ingin mendirikan perusahaan yang dapat mempekerjakan 100 ribu orang. Elang Gumilang, masih akan terus mengepakkan sayapnya
11.Sandiaga Salahudin Uno
Sandiaga Salahudin Uno atau sering dipanggil Sandi Uno (lahir di Rumbai, Pekanbaru, 28 Juni 1969; umur 42 tahun adalah pengusaha asal Indonesia. Sering hadir di acara seminar-seminar, Sandi Uno memberikan pembekalan tentang jiwa kewirausahaan (entrepreneurship), utamanya pada pemuda.
Sandi Uno memulai usahanya setelah sempat menjadi seorang pengangguran ketika perusahaan yang mempekerjakannya bangkrut. Bersama rekannya, Sandi Uno mendirikan sebuah perusahaan di bidang keuangan, PT Saratoga Advisor.Usaha tersebut terbukti sukses dan telah mengambil alih beberapa perusahaan lain Pada tahun 2009, Sandi Uno tercatat sebagai orang terkaya urutan ke-29 di Indonesia menurut majalah Forbes.
Karier
Sandi Uno adalah lulusan Wichita State University, Amerika Serikat, dengan predikat summa cum laude. Sandi mengawali karier sebagai karyawan Bank Summa pada 1990. Setahun kemudian ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di George Washington University, Amerika Serikat. Ia lulus dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 4,00 .
Kemudian, pada tahun 1993 ia bergabung dengan Seapower Asia Investment Limited di Singapura sebagai manajer investasi sekaligus di MP Holding Limited Group (mulai 1994). Pada 1995 ia pindah ke NTI Resources Ltd di Kanada dan menjabat Executive Vice President NTI Resources Ltd. dengan penghasilan 8.000 dollar AS per bulan. Namun, krisis moneter sejak akhir 1997 menyebabkan perusahaan tempatnya bekerja bangkrut. Sandi pun tidak bisa lagi meneruskan pekerjaanya tersebut. Ia pulang ke Indonesia dengan predikat pengangguran. Meskipun demikian, karena kejadian tersebut, Sandi Uno kemudian mengubah cara pandangnya dan berbalik arah menjadi pengusaha.
Pada tahun 1997 Sandi Uno mendirikan perusahaan penasihat keuangan, PT Recapital Advisors bersama teman SMA-nya, Rosan Perkasa Roeslani. Salah satu mentor bisnisnya adalah William Soeryadjaya.[rujukan?] Kemudian, pada 1998 ia dan Edwin Soeryadjaya, putra William, mendirikan perusahaan investasi bernama PT Saratoga Investama Sedaya. Bidang usahanya meliputi pertambangan, telekomunikasi, dan produk kehutanan.
Berbekal jejaring (network) yang baik dengan perusahaan serta lembaga keuangan dalam dan luar negeri, Sandi Uno sukses menjalankan bisnis tersebut. Mekanisme kinerja perusahaan tersebut adalah menghimpun modal investor untuk mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang mengalami masalah keuangan. Kinerja perusahaan yang krisis itu kemudian dibenahi dan dikembangkan. Setelah kembali sehat, aset perusahaan tersebut dijual kembali dengan nilai yang lebih tinggi. Hingga 2009, ada 12 perusahaan yang sudah diambil alih oleh PT Saratoga.Beberapa perusahaan pun telah dijual kembali , antara lain PT Dipasena Citra Darmaja, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), dan PT Astra Microtronics.
Pada 2005-2008, Sandi Uno menjadi ketua umum Himpunan pengusaha Muda Indonesia (HIPMI). Ia juga menjadi Ketua Komite Tetap Bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) sejak 2004.
Sandi dinobatkan menjadi 122 orang terkaya di Indonesia versi majalah Asia Globe dengan total aset perusahaan mencapai 80 juta dollar AS, Pada 2007.[rujukan?] Sementara, pada 2008 ia dinobatkan menjadi orang terkaya ke-63 di Indonesia dengan total aset 245 juta dollar AS. Pada 2009 Sand masuk sebagai pendatang baru dalam daftar 40 orang terkaya Indonesia versi majalah Forbes.Majalah tersebut menuliskan Sandi memiliki kekayaan US$ 400 juta dan berada di peringkat 29.
Saat ini, Sandi Uno juga menjadi jajaran direksi beberapa perusahaan.
- PT Adaro Indonesia
- PT Indonesia Bulk Terminal
- PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia
- Interra Resources Limited
Pada bulan Mei 2011 lalu, ia memutuskan membeli 51% saham Mandala Airlines.
Pemikiran
Kesuksesan
Sandi Uno meyakini bahwa keberanian dan optimisme dalam memandang masa depan menjadi kunci pembuka jalan untuk meraih kesuksesan. Selain itu, bangunan jejaring juga harus menjadi perhatian.Meskipun demikian, jejaring relasi hanya menyumbang 30 persen dari kesuksesan. Unsur kesuksesan, menurutnya, selebihnya bersumber dari kerja keras dan menjaga kepercayaan. Sandi Uno menganggap bahwa hidup harus memiliki target. Tanpa target, pencapaian yang ingin diraih akan sulit terwujud.
Menurut Sandi Uno, kegagalan dan kesalahan merupakan keniscayaan dalam berusaha.Tapi ia optimis bahwa kegigihan dalam upaya untuk terus berani mencoba adalah kunci menuju kesuksesan. Apabila terus selalu mencoba untuk belajar dari kesalahan dan kegagalan (trial and error), maka hal itu akan mengantarkan seseorang pada puncak kesuksesan.
Sandi Uno menyatakan bahwa salah satu strategi penting dalam meraih keberhasilan adalah mencari tahu dan mempelajari apa yang telah dilakukan oleh orang-orang yang telah berhasil meraih kesuksesan. Kuncinya adalah belajar dari pengalaman mereka sampai mampu meraih kesuksesan seperti mereka.
Menurut Sandi Uno, untuk meraih kesuksesan tersebut sesorang harus memiliki kompetensi, kapasitas dan kapabilitas yang memadai. Untuk mendapatkannya seseorang senantiasa harus memiliki karakter dan komitmen yang kuat, integritas yang tinggi, tekun, bekerja keras, dan disiplin. Sandi Uno menegaskan bahwa perlu adanya inovasi tiada henti dengan selalu tanggap terhadap perubahan dan terus menerus berusaha menuju perubahan yang lebih baik lagi. Menurutnya, akan lebih bagus lagi apabila seseorang berusaha untuk bisa menjadi seorang role model yang bisa memberikan contoh yang baik dan inspirasi bagi orang lain di sekitarnya.
Kewirausahaan dan UMKM
Kewirausahaan, menurut Sandi Uno, adalah sebuah pola pikir. Kewirausahaan seperti menjadi sebuah ide yang menyebar luas terutama di kalangan anak muda. Sandi Uno melihat bahwa anak muda memiliki sikap dinamis dan penuh gairah atau semangat. Dinamisme dan semangat itu pada gilirannya akan membuat masa depan dunia wirausaha di kalangan pemuda menjadi lebih cerah. Menurutnya, kombinasi antara kerja keras (working hard), kerja cerdas (working smart) dan serta bermain sungguh-sungguh (playing hard) semakin bergeser dari tren musiman menjadi gaya hidup. Bagi Sandi, kalau keadaan ini terus berlangsung bahkan terus ditingkatkan, dapat dipastikan bahwa prospek bisnis dan perekonomian Indonesia juga makin cerah.
Namun, menurut Sandi Uno, masih ada kesalahpahaman mengenai konsep kewirausahan itu sendiri. Pertama, kebanyakan pemuda masih menganggap bahwa kewirausahaan adalah sesuatu yang mudah. Menurutnya, kewirausahan bukan selalu berarti harus meninggalkan sebuah pekerjaan dan membuka kerja sendiri.Meskipun menjadi seorang pekerja (karyawan), seseorang masih bisa memiliki jiwa wirausaha. Bagi Sandi Uno, wirausaha adalah sebuah pola pikir yang terus menghasilkan kreativitas dan inovasi.Kewirausahaan memang memiliki visi yang baik, tapi tidak tergantung pada tempat kerja.Jadi seorang wirausahawan tidak terbatas hanya pada lokasi atau status dan posisi di tempat kerjanya.
Kedua, beberapa contoh wirausahawan memang tidak memiliki latar belakang pendidikan yang memadai.Seharusnya, menurut Sandi Uno, sudut pandang diarahkan kepada kesuksesan mereka dalam mengembangkan usahanya dan bukan pada latar belakang pendidikan para orang sukses tersebut.Kewirausahaan mengharuskan adanya kebijaksanaan, bukan intuisi yang buta Menurutnya, kewirausahaan bukan bertujuan untuk menjadikan orang kaya, tetapi menjadi orang yang lebih baik dan lebih baik. Terakhir, kewirausahan adalah bukan untuk diri sendiri. Kewirausahan adalah tentang kerjasama dengan orang lain. Kewirausahaan juga berbicara tentang bagaimana memberikan manfaat bagi orang lain.
Bagi Sandi Uno, kewirausahaan bertentangan dengan konsep keberuntungan. Sandi Uno menyatakan bahwa orang yang bergantung pada keberuntungn akan selalu menanti keberuntungan itu datang. Sementara, menanti hanya akan membuat seseorang menjadi miskin.
Menurutnya, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai pelaku mayoritas ekonomi Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi negara.UMKM seharusnya diperhatikan secara lebih serius. Bagi Sandi Uno, kendala pada UMKM akan sangat mengganggu perekonomian bangsa ini.Dalam hal pengelolaannya, menurut Sandi Uno, ada tiga masalah besar yang dihadapi pelaku UMKM saat ini, yaitu kualitas sumber daya manusia (SDM), akses pasar, dan pendanaan. UMKM dibiarkan tumbuh sendiri oleh pemerintah tanpa kebijakan yang berpihak. Namun, sektor tersebut terbukti mampu bertahan pada saat krisis dan menopang perekonomian negara selama lebih sepuluh tahun terakhir ini. Sandi Uno menyatakan bahwa sektor UMKM seharusnya ditegaskan kembali sebagai pilar penciptaan lapangan kerja.Selama ini, menurut Sandi Uno, jiwa kewirausahaan telah membuktikan bahwa UMKM mampu bertahan dan mampu memekerjakan karyawan rata-rata 5-10 orang per unit usaha.
sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/Sandiaga_Salahudin_Uno
sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/Sandiaga_Salahudin_Uno
Pendiri PT Saratoga Investama Sedaya 12.Profil Saptuari Sugihartoberbeda dengan generasi akhir 1990-an dan awal 2000-an yang umumnya terjun menjadi wirausahawan karena sulit mencari kerja akibat krisis ekonomi yang tengah melanda, generasi pengusaha muda berumur 20-an tahun saat ini tampak memiliki keyakinan diri yang lebih besar. Mereka sejak semula bersungguh-sungguh ingin menjalani hidup sebagai entrepreneur. Salah satu di antaranya adalah Saptuari Sugiharto. Lelaki berusia 29 tahun itu telah mulai berbisnis kecil-kecilan sejak kuliah di Jurusan Geografi Universitas Gadjah Mada. Tahun ini, ia terpilih sebagai runner-up Wirausahawan Muda Mandiri 2007. Sejak masuk kampus UGM pada 1998, Saptuari telah mendambakan memiliki usaha sendiri. Sembari kuliah; beberapa usaha dijalaninya; mulai dari menjadi penjaga koperasi mahasiswa, penjual ayam kampung, penjual stiker, hingga sales dari agen kartu Halo Telkomsel. Lalu, pada 2004, ketika bekerja sebagai event organizer di sebuah perusahaan di Yogyakarta, mantan staf marketing Radio Swaragama FM ini terperanjat melihat antusiasme penonton berebut merchandise berlogo atau bergambar para selebriti. “Heran. Kenapa orang-orang begitu bersemangat mendapatkan kaus, pin, atau apa saja milik artis,” katanya. “Padahal, mereka bisa membuat merchandise apa saja sesuai dengan kemauannya.” Bermula dari rasa heran itu, pada 2005 Saptuari mengambil langkah berani mendirikan Kedai Digital. Perusahaan itu bertujuan memproduksi barang-barang cendera mata (seperti mug, t-shirt, pin, gantungan kunci, mouse pad, foto dan poster keramik, serta banner) dengan hiasan hasil print digital. Waktu itu, ia bermodalkan uang sebanyak Rp28 juta; hasil dari tabungan, menjual motor, dan menggadaikan rumah keluarga. Butuh waktu enam bulan bagi lelaki kelahiran Yogyakarta itu untuk memulai kegiatan Kedai Digital. Terlebih dahulu, ia mesti mencari mesin digital printing. Ia mendapatkannya (buatan China) di Bandung. Ia juga harus mencari tahu sumber-sumber bahan baku. Kemudian, ia harus mempersiapkan tempat usaha, menyusun konsep produk, dan merekrut para staf. Semuanya dilakukan sendirian. Bisnisnya berjalan pelan tapi pasti. Ketika usahanya mulai stabil, Saptuari memberanikan diri merekrut desainer dari kampus-kampus seni yang memang tersedia cukup banyak di Yogyakarta. Untuk tenaga marketing, digunakan para mahasiswa dari perguruan tinggi lain yang juga tersebar di kota itu. Target pasar Kedai Digital adalah para mahasiswa. Karenanya, menurut Saptuari, perusahaannya tak boleh main-main soal kualitas. Karena itu, ia mesti menggunakan desainer yang memiliki latar belakang pendidikan formal. Pada tahun pertama, Kedai Digital telah berhasil meraih penjualan sebesar Rp400 juta. Tahun berikutnya, perolehan bisnis melesat menjadi Rp900 juta. Seiring dengan pertambahan outlet, revenue pada 2007 menembus angka Rp1,5 miliar. Hingga akhir tahun silam, Kedai Digital telah memiliki delapan gerai di Yogyakarta. Salah satunya adalah Kedai Supply yang menyediakan bahan baku untuk kebutuhan produksi di seluruh outlet lainnya. Sementara itu, gerai Kedai Printing dikhususkan melayani pesanan produk-produk advertising seperti banner. Di luar Yogyakarta, Saptuari telah memiliki lima outlet lain (di Kebumen, Semarang, Tuban, Pekanbaru, dan Solo) melalui sistem waralaba. Menurut Nur Alfa Agustina, Kepala Departemen MikroBisnis Group Bank Mandiri (penyelenggara Wirausahawan Muda Mandiri), di antara 500 peserta yang mengikuti lomba, Kedai Digital dinilai inovatif karena merupakan pelopor industri merchandise dengan metode digital printing di wilayah Yogyakarta. Untuk penilaian dari sisi bisnis, Saptuari mendapat nilai lebih karena bukan berasal dari keluarga pengusaha. Pendidikannya pun tak terkait dengan ilmu ekonomi. Lalu, karena melibatkan banyak mahasiswa dalam menggerakkan usahanya dan mengajarkan mereka soal entrepreneurship, lelaki bertubuh kekar itu mendapat nilai yang tinggi dalam penilaian aspek sosial. Soal yang terakhir itu, Saptuari memang mengajak para pegawainya yang berperilaku baik untuk ikut memiliki saham di outlet-outlet Kedai Digital. Kini, telah empat kedai yang sahamnya ikut dimiliki para pekerja. “Saya tak mau mereka terus-terusan hanya menjadi pekerja. Mereka juga harus menjadi owner,” katanya. Semangat wirausaha telah ikut disebarluaskan. Sumber: http://www.purdiechandra.net. 13.Profil Pengusaha Sukses Es Teler 77Siapa yang tak kenal dengan produk es teller 77, ratusan gerainya sudah tersebar di seluruh nusantara. Tidak puas dengan mempertahankan pasar dalam negeri, kini produk es teller 77 merupakan salah satu bisnis franchise makanan yang berhasil merambah pasar internasional. Produknya sudah menjangkau pasar luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Australia, serta masih akan terus dikembangkan untuk membuka gerai berikutnya di India, Jeddah dan Arab Saudi.Terinspirasi dari sang mertua (Ibu Murniati Widjaja) yang menang lomba membuat es teler, Sukyatno yang dulunya bernama Hoo Tjioe Kiat mencoba menjual es teler di emperan toko dengan menggunakan tenda – tenda. Usaha yang dimulainya pada tanggal 7 Juli 1982 ini, ternyata bukan peluang bisnis yang pertama kali Ia coba. Berbagai peluang bisnis seperti menjadi salesman, tengkulak jual beli tanah, makelar pengurusan SIM, menjadi pemborong bangunan, sampai mencoba bisnis salon pernah Ia geluti dan semuanya gagal ditengah jalan. Tak ingin mengulangi kegagalan bisnis seperti sebelumnya, Sukyatno mulai menekuni bisnis es telernya yang diberi nama es teler 77. Angka 77 digunakan sebagai merek es telernya, karena angka tersebut mudah diingat dan diharapkan menjadi angka hoki bagi pemilik bisnis ini. Keyakinan Sukyatno pun tepat, merek es teler 77 mulai dikenal masyarakat dan menjadi salah satu produk unggulan dari dulu sampai sekarang. Dari sebuah warung tenda yang dulunya berada di emperan toko, Sukyatno berinisiatif untuk mengembangkannya menjadi bisnis waralaba. Setelah 5 tahun mempertahankan bisnisnya, tepat pada tahun 1987 untuk pertama kalinya dibuka gerai es teler 77 di Solo dengan sistem franchise. Semenjak itu perkembangan bisnisnya pun sangat pesat, dengan keuletan dan kerja keras yang dimiliki Sukyatno kini es teller 77 telah memiliki lebih dari 180 gerai yang tersebar di berbagai pusat perbelanjaan dan pertokoan yang ada di Indonesia bahkan hingga mancanegara. Kunci sukses es teller 77Bersamaan dengan perkembangan bisnisnya, pada tahun 2007 Sukyatno kembali ke hadapan Yang Maha Esa. Kesederhanaan dan kerjakerasnya dalam mengembangkan usaha, kini dilanjutkan oleh salah satu anaknya yaitu Andrew Nugroho selaku direktur PT. Top Food Indonesia. Berkat komitmen para pengelola bisnis ini, sekalipun menghadapi persaingan dagang yang cukup ketat dengan bisnis franchise makanan asing maupun franchise lokal yang saat ini banyak bermunculan. Es teller 77 terus berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi para konsumennya. Ini dibuktikan dengan adanya inovasi baru dari es teler 77 yang mengenalkan menu makanan terbarunya antara lain gado – gado, rujak buah, mie kangkung, dan nasi goreng buntut. Andrew sengaja mempertahankan menu tradisional yang tidak asing bagi lidah orang Indonesia, agar masyarakat yang masuk pertokoan masih bisa menemukan menu tradisional yang mereka gemari.Disamping itu untuk meningkatkan loyalitas konsumen terhadap es teler 77, Andrew juga memberikan fasilitas kartu member bagi para pelanggannya. Dengan kartu klub juara yang diluncurkannya, pelanggan berhak memperoleh diskon makanan dan minuman yang ada di seluruh gerai es teler 77. Atas kerjakeras dan perjuangan keluarga Sukyatno dalam mengembangkan bisnisnya, berbagai penghargaan pun pernah diterimanya. Kesuksesan es teller 77 dalam mengembangkan bisnis franchisenya, menjadi motivasi besar bagi semua orang. Semoga kisah profil pengusaha sukses es teler 77, dapat menjadi inspirasi bagi calon pengusaha maupun para pengusaha yang sedang merintis bisnisnya. 14.DR.H Rahmat ShahPengusaha,Pemburu dan Petualang BelantaraPengusaha sukses dan diplomat yang memperoleh gelar Lord of Rudge dari Inggris, ini telah memperoleh sejumlah penghargaan di tingkat nasional maupun internasional dalam berbagai bidang. Pendiri dan pimpinan Rahmat International Wildlife Museum & Gallery, Medan, satu-satunya di Asia untuk pendidikan konservasi, ini seorang pemburu dan petualang yang telah menjelajahi hutan belantara, menyelami sungai dan laut di berbagai belahan dunia. Ia satu-satunya putera Indonesia yang namanya masuk buku Great Hunter dan orang Indonesia pertama memperoleh African Big Five Grand Slam Award.Kita hidup dengan apa yang kita dapat tetapi kita membuat kehidupan dengan apa yang kita berikan. Begitu kata pengusaha, anggota MPR-RI dan diplomat, ini mengungkap prinsip hidupnya. Ia seorang putra Indonesia yang telah banyak mengharumkan Indonesia di mancanegara. Sebagai seorang pengusaha sukses ia telah banyak membantu pembangunan sarana olahraga, pendidikan, tempat ibadah, tempat hiburan masyarakat, membangun museum satu-satunya di Asia, dan melakukan kegiatan sosial di mana-mana, khususnya bagi warga yang benar-benar membutuhkannya. Tidaklah heran bila ada yang berkata,” Andai hati semua orang berpunya sepertinya, Alangkah indahnya. Andai semua pengusaha seperti beliau, barangkali tidak ada lagi kesenjangan sosial yang setiap saat bisa memicu kerusuhan. Ah seandainya !” Kalimat di atas merupakan penggalan dari sepotong surat yang dikirim oleh seorang guru SMP di kota Medan ke Harian Waspada dan dimuat di rubrik “Surat Pembaca” 17 Maret 1997. Surat tersebut menggambarkan kekaguman sosok rakyat biasa terhadap Rahmat yang dikenalnya lewat berbagai aktivitas sosial kemasyarakatan. Rahmat Shah lahir tanggal 23 Oktober 1950 setelah 12 bulan dikandung oleh ibunya, Hj. Syarifah. Ia anak laki-Iaki kedua dalam keluarga besar Gulrang Shah. Kakak lelakinya, Anif Rahmat adalah anak keenam, tiga saudara lain di atasnya semuanya wanita. Sebetulnya ada satu lagi kakak Rahmat, Habib Shah namanya, namun meninggal dunia di zaman revolusi saat berusia lebih kurang lima tahun. Keluarga Rahmat tergolong keluarga besar, yakni 16 bersaudara, delapan lelaki dan delapan wanita. Mereka semua tinggal di sebuah kota yang bernama Perdagangan, Simalungun, Sumatera Utara. Semasa kecil Rahmat adalah seorang anak yang aktif. Ia suka berenang, memancing, menjala ikan, dan berburu ke hutan dengan ketapel. Kesenangannya pada hewan-hewan langka dan berbisa juga telah kelihatan sejak kecil. Ayahnya sangat keras menanamkan prinsip-prinsip hidup yang baik kepada semua anak-anaknya, terutama tentang hidup disiplin, kerja keras, jujur dan cara hidup hemat. Selama Rahmat sekolah di Medan, mereka diberi bekal sangat terbatas untuk kebutuhan sehari-hari. Bukan ia tidak mampu, tetapi ingin semua anaknya terbiasa belajar hemat agar kelak bisa menjadi orang yang berhasil dan berguna serta bisa mengatur kehidupan sesuai dengan apa yang dimilikinya. Saat duduk di bangku sekolah, entah karena memegang prinsip hidup yang diajarkan orang tua, prestasi Rahmat di bangku sekolah berjalan biasa-biasa saja. Bahkan rankingnya hampir selalu berada di urutan bawah. Namun hal itu tidak membuatnya rendah diri dan kehilangan ia malah pandai bergaul. Ia bergaul dengan siapa saja, tanpa pandang bulu. Prinsip yang dipegang dalam pergaulan: ‘selalu menepati janji, rajin, ramah dan sopan, serta tanpa pamrih.’ Sikap yang membuatnya cepat akrab dan mempunyai banyak teman dari berbagai kalangan di Indonesia dan negara lainnya. Soal kebolehan bergaul di masa remaja, ada cerita tersendiri. Di tahun 70-an, ia merupakan remaja berpostur tubuh tinggi dan berwajah tampan sehingga menjadi idola remaja. Dalam Festival Medan Fair ia terpilih sebagai “Pangeran Muda” sebuah simbol kesuksesan, ketampanan dan kegagahan kaum muda Medan saat itu. Hanya bedanya, ia sangat pemalu sehingga selalu diganggu dan dikejar-kejar karena membuat penasaran lawan jenisnya. Ketika ditanya, kenapa ia tidak mempedulikan wanita? Dijawabnya, karena ia belum sukses dan tidak punya uang untuk mentraktir mereka. Ia malu dan tidak pantas kalau harus dibayari dan dibiayai hidup oleh wanita. Ketampanan tidak membuatnya hanyut atau terperosok jauh ke dalam hingar-bingar pergaulan remaja. Ia berusaha membatasi diri, tetap bekerja keras untuk menggapai cita-citanya sambil tetap bergaul dan aktif berolahraga. Olahraga yang diminatinya adalah boling, biliar dan menembak. Ia juga bermain radio amatir. Ia beberapa kali menjadi juara pada hampir semua olahraga yang ditekuninya. Ketika ditanya, kenapa ia dengan mudah mendapat juara? Dijawabnya dengan singkat, “Untuk menjadi juara sangat mudah tetapi dituntut disiplin yang tinggi dalam latihan dan percaya diri serta mental yang baik jangan selalu berdalih dalam kejuaraan atau pun pertandingan”. Kala anak-anak muda seusianya asyik menikmati keindahan dunia remaja, ia malah tetap sibuk bekerja keras di sebuah bengkel mobil milik keluarga untuk mencapai tekadnya. Hampir setiap hari ia bermandi keringat dan berlumur oli kotor. Setiap hari ia mengayuh sepeda membawa alat-alat mobil yang berat dan besar ukurannya hingga berpuluh kilometer jauhnya. Dengan kerja keras itulah ia kemudian tertempa menjadi seorang montir serta pekerja yang handal. Sejak usia remaja (lebih kurang 14 tahun) ia sudah terbiasa melakukan proses belajar sambil bekerja learning by doing. Ia rajin, ulet dan cepat beradaptasi dengan pekerjaan. Anif, kakaknya bertutur: “Saya selalu menugasinya membeli spare parts dengan mengendarai sepeda. Amat orangnya cekatan. Memakai tas punggung belakang sambil membawa plat baja dan tas besar yang diletakkan di boncengannya, ia mengayuh sepeda membawa pesanan spare parts dan peralatan berat untuk diperbaiki oleh tukang bubut. Karena kerajinannya, tepat janji dan ramah, salah seorang tukang bubut langganan bengkel saya, Pak Simin sangat sayang padanya dan memberinya seekor domba.” Karena harus bekerja guna mencapai cita-citanya ia terbiasa bangun pagi pukul enam dan sering kembali ke rumah dari bekerja dengan tangan, muka dan badan hitam-hitam kena oli kotor. Tidak jarang tiba di rumah sudah larut malam dan langsung terbaring kelelahan terkadang tanpa makan. Banyak sekali pengalaman pahit dan terhina yang dialaminya saat itu, akan tetapi justru hal tersebut yang memacu dan memotivasinya bekerja keras agar dapat berhasil sesuai dengan tekadnya. Begitulah pengorbanan dan perjuangan Rahmat. Ia merelakan sebagian masa remajanya yang indah dilalui dengan kerja keras. “Saya hampir tak punya kesempatan melewati serba-serbi masa remaja. Selalu sibuk bekerja dan belajar seluk-beluk usaha. Saya ingin menjadi seorang yang sukses,” tuturnya. Keinginan mencapai sukses merupakan motivasi dan pemicu yang kuat. “Saya harus sukses dan punya agar bisa membantu keluarga, teman-teman, bangsa, dan negara,” begitu tekad yang sudah tertanam di dalam hatinya sejak usia muda. Kepribadiannya yang memiliki semangat bekerja keras dan ulet, membuat Surya Paloh, pengusaha muda Medan yang sukses saat itu, menaruh simpati. Suatu hari, Surya Paloh (kini pengusaha dan publisher terkemuka di Indonesia pemilik Surat Kabar Media Indonesia, Lampung Pos, Metro TV, dan berbagai usaha besar lainnya), mengajak Rahmat bergabung, bekerja pada perusahaan miliknya, PT Ika Diesel. Perusahaan ini menjadi agen tunggal mobil Ford dan memiliki workshop (bengkel) khusus yang lengkap, serta pembuat berbagai karoseri untuk badan truk dan bus berbagai model yang saat itu satu-satunya di Sumatera Utara. Rahmat menyambut tawaran itu dengan senang hati. Baginya bekerja di perusahaan mobil dan bengkel tidaklah sulit karena telah punya pengalaman bekerja di bengkel. Jabatan pertama di PT Ika Diesel sebagai workshop manager. Semua tugas dikerjakan dengan baik, bahkan seringkali melampaui target yang diberikan oleh bosnya. Saat bekerja di perusahaan tersebut, menurut Kwik Sam Ho (A HO), rekan kerjanya, Rahmat mampu melakukan lobi-Iobi yang luar biasa, terutama menerobos pasar asuransi dan perkebunan. Hampir semua merek kendaraan, di antaranya Toyota, Daihatsu, Chevrolet, Volks Wagen (YW), dan Ford menjadi langganan PT Ika Diesel karena approach dan janji Rahmat yang tepat. Ia selalu melakukan pekerjaan seperti perusahaan itu adalah miliknya. Itulah yang membuat karir dan namanya terus melejit dan dipercaya di mana-mana. Karirnya terus berkembang hingga ia dipercaya menjadi kuasa direksi dan akhirnya menjadi mitra usaha. “Kepercayaan penuh telah diberikan, semua fasilitas sudah ada, tinggal bagaimana meningkatkan prestasi yang dapat menguntungkan usaha. Untuk dapat menjangkaunya, kita harus konsentrasi pada pekerjaan, melakukan segala sesuatu dengan segera sebagaimana mestinya serta harus menganggap perusahaan itu milik kita, sehingga dapat merasakan pahit ruginya dan manis untungnya,” kenang Rahmat. Dua bersaudara, Surya Paloh dan Rusli Paloh, merupakan atasannya yang selalu memberi kesempatan dan mendorongnya agar berkembang menjadi seorang pengusaha. Melihat cara kerja, penampilan dan wawasan Rahmat yang mengesankan, mereka berdua yakin suatu saat Rahmat bisa menjadi orang sukses. Atas perkenan dan dukungan kedua bosnya, Rahmat berhenti dari PT Ika Diesel. Kemudian ia membuka usaha sendiri. Tahun 1980 ia mendirikan PT Unitwin Indonesia yang bergerak dalam keagenan berbagai produk dari dalam dan luar negeri, di samping supplier dan kontraktor. Ramalan Surya Paloh dan Rusli Paloh tentang masa depan Rahmat, menjadi kenyataan. Begitu ia membuka usaha sendiri, nama Rahmat cepat berkibar dan terkenal sebagai pengusaha muda yang ulet dan tangguh. Dalam waktu relatif siligkat, kegiatan usahanya merambah ke berbagai proyek berskala besar. Mulai dari proyek pembangunan pabrik, jalan, irigasi, perumahan, sampai memasok alat-alat berat untuk perusahaan perkebunan. Wilayah ekspansinya terus meluas hingga ke Jakarta, Kalimantan, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, Jepang, Korea, USA dan Kanada. Ia kemudian memutuskan untuk hijrah ke Jakarta dan memimpin usahanya dari sana pada tahun 1984, bersama isterinya yang cantik, Rose, gadis Melayu asal Singapura yang disuntingnya pada tahun 1983 ketika berusia 33 tahun, yang memberinya tiga anak, satu puteri dan dua putra. Selama tinggal di kota metropolitan, ia mengembangkan diri ke pergaulan bisnis yang lebih luas. Tekadnya untuk menjadi salah seorang pengusaha nasional yang tangguh makin besar. Ia bergaul dengan orang-orang penting, mulai dari birokrat, politisi, sampai militer. Dua orang jenderal yang kemudian dianggap sebagai pengganti orang tua di perantauan yang selanjutnya menjadi mitra usahanya ialah Jenderal TNI Widjojo Soejono, mantan Kaskopkamtib, dan Jenderal Pol. Widodo Budidarmo, mantan Kapolri. Bersama mereka, ia mendirikan PT Wiraco yang bergerak dalam perdagangan dan keagenan dari USA, Kanada, Singapura dan beberapa negara lainnya. Melalui kepemimpinannya yang ulet, gigih dan pantang menyerah, perusahaan ini berhasil memenangkan sejumlah tender proyek besar, di antaranya menjadi pemasok produk luar negeri dan Robco Canada untuk sejumlah perusahaan industri besar, seperti PT Krakatau Steel, Semen Padang, Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) Bandung, PT PAL dan lain-Iain industri besar yang membutuhkan produk mereka. Dalam mengembangkan usahanya, Jenderal TNI Widjojo Soejono memiliki filosofi jitu yang hingga saat ini tetap dipegang dan diamalkan Rahmat, “Low Profile, High Profit”. Dari Jakarta, Rahmat juga membuka dan mengendalikan PT Agrowiratama, sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit dan kakao dengan luas areal mencapai lebih kurang 11.000 hektar di Padang. Suatu hal yang patut menjadi kebanggaan baginya, ketika perusahaan besar dari beberapa negara, Kanada, USA, Singapura, Malaysia, Filipina dan Indonesia, mendirikan sebuah perusahaan patungan (joint venture) di Singapura. Ia dipercaya menjadi Presiden Direktur. Suatu kepercayaan internasional yang tidak mudah mencapainya. Tahun 990, tatkala Gubernur Sumatera Utara mencanangkan program gerakan Marsipature Hutana Be, semacam ajakan kepada pengusaha kelahiran Sumut yang telah sukses di perantauan agar kembali memperhatikan tanah kelahiran, hati Rahmat tergugah. Setelah kurang lebih delapan tahun menetap di Jakarta, ia memilih untuk kembali ke daerah asal kelahirannya, Medan, Sumatera Utara. Ia kembali justru ketika begitu banyak peluang dan kesempatan di ibukota. Di Medan, ia mendirikan pabrik pengolahan aluminium PT Cakra Aluminium Industry (CAI), bekerja sama dengan salah seorang pengusaha daerah yang kemudian berubah menjadi Cakra Compact Aluminium Industries dan statusnya menjadi perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing) karena bermitra dengan Compact Metal Industry, sebuah perusahaan Singapura. Saat ini PT Cakra telah go public di Singapura, juga telah menerima sertifikat 1S0 9002. Selain itu, PT Cakra telah mengirimkan para tenaga kerjanya untuk belajar ke berbagai negara Eropa dan Asia. Hasilnya saat ini produksinya lengkap terpadu (integrated). Artinya, segala yang menyangkut aluminium dapat dilakukan oleh PT Cakra dari awal peleburan hingga tinggal pakai dengan kualitas standar internasional. Ia kembali menghidupkan PT Unitwin yang pernah ditinggalkan ketika ia hijrah ke Jakarta. Perusahaan itu kini kembali berjalan efektif mengelola berbagai kegiatan usaha: real estate, ekspor-impor, perdagangan, serta kontraktor. Salah satu karyanya yang kini sudah dinikmati manfaatnya oleh sebagian masyarakat kota Medan ialah Perumahan Cemara Hijau di Jalan Metal. Dalam usaha perumahan yang dibangunnya ternyata membutuhkan perjuangan yang cukup berat, mungkin Rahmatlah satu-satunya pengusaha yang mampu mengalahkan Grup Lamtoro pada saat lelang penjualan lahan perumahan di Indonesia. Pihak Lamtoro merupakan milik keluarga Cendana, sehingga tidak ada yang bisa mencegah apa yang mereka inginkan saat itu. Rahmat cukup repot dan mengalami kesulitan menghadapi oknum Grup Lamtoro yang berupaya mengganjal usahanya. Namun, Rahmat yang berasal dari desa, dapat mengatasinya hanya dengan kuasa Tuhan Yang Mahakuasa. Ia bergabung kembali di Medan Club, sebuah klub eksk1usif yang berdiri sejak tahun 1879. Tidak berapa lama kemudian, ia memberi penataran Perbakin di Medan Club. Lalu, ia mencalonkan diri dan terpilih sebagai Ketua termuda dan langsung mengadakan renovasi, pembangunan, dan penertiban. Penertiban yang dilakukannya pada awal memimpin klub dengan mengeluarkan 14 orang anggota yang tidak melaksanakan kewajibannya dan tiga orang pengurus yang tidak bisa menjaga amanah yang diberikan anggota. Dua tahun setelah habis masa jabatannya, ia terpilih kembali untuk periode selama empat tahun. Keberhasilannya mengembangkan dunia usaha dan kegiatan sosial kemasyarakatan menarik perhatian para duta besar serta diplomat asing dari berbagai negara ketika melakukan kunjungan kerja ke Medan, Sumatera Utara. Rahmat oleh Kadin Sumut, sesuai dengan jabatannya dipercaya menjamu belasan duta besar dari berbagai negara di pabriknya PT Cakra. Di antara para duta besar itu terdapat duta besar dari Republik Turki. Melihat posisi strategis Rahmat dan potensi wilayah Sumatera Utara untuk kerjasama perdagangan bilateral, beberapa negara menawarkan kepadanya untuk menjadi diplomat mereka. Tetapi Rahmat memilih negara Turki karena negara ini bergabung dalam NATO dan memiliki latar belakang sejarah yang sangat luar biasa. Tahun 1995 ia resmi diangkat menjadi Konsul Jenderal Kehormatan Republik Turki untuk hubungan perdagangan langsung meliputi wilayah Sumatera. Langkahnya mengembangkan dunia usaha di daerah membuat ia terpilih menjadi Warga Negara Indonesia yang mempunyai posisi terhormat dan memperoleh sejumlah penghargaan. Tahun 1999, ia memperoleh anugerah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Lincoln, San Fransisco, Amerika Serikat, atas prestasinya memadukan perkembangan dunia usaha dengan pertumbuhan ekonomi di daerah. Disertasinya untuk meraih gelar doktor tersebut mengulas tentang “Peranan Dunia Usaha sebagai Penopang Perekonomian Daerah.” Sebelumnya, tahun 1993, ia menerima penghargaan “Sahwali Award” dari satu Badan Pengawas Lingkungan dan Pemerintah di Bali, sebagai pengusaha yang berwawasan lingkungan. Kemudian tahun 1997, ia mendapat anugerah “Primaniyarta” dari Presiden Republik Indonesia yang diterima di Istana Negara karena perusahaannya dinilai paling berprestasi mengembangkan usaha ekspor non migas, tidak bermasalah dengan lingkungan, buruh, bank, pajak dan pihak-pihak lainnya, justru di tengah krisis ekonomi di mana sebagian besar perusahaan di tanah air sedang mengalami kehancuran. Petualang Dunia Kesenangannya pada alam, berburu, berenang, menyelam dan memancing kini bukan lagi dilakukan di pinggir hutan dan di sungai Bah Bolon dekat rumah orang tuanya di kampung. Kini ia melakukan itu semua di tempat-tempat yang jauh dari tanah kelahirannya, di berbagai negara, tempat ia bisa belajar tentang arti penting pelestarian lingkungan hidup. Ia pernah menjelajahi hampir sebagian besar hutan belantara mancanegara, menyelami sungai panjang dan laut dalam di berbagai negara, seperti Amerika, Kanada, New Zealand, Australia, Turki, Spanyol, Kazakhstan, Rumania, sebagian besar Afrika, dan belahan dunia lainnya. Ia telah memperoleh sejumlah kepercayaan dan penghargaan bergengsi di tingkat nasional maupun internasional di bidang pelestarian lingkungan hidup. Ia juga berburu untuk konservasi yang telah nyata penerapan dan hasilnya di hampir seluruh negara. Ia adalah satu-satunya putera Indonesia yang kini namanya masuk buku Great Hunter dan orang Indonesia pertama yang memperoleh African Big Five Grand Slam Award. Namanya juga tercantum dalam Record Book dan tertera di dinding Museum Safari Club International (SCI) di Tucson, Amerika. Dia juga telah menerima International Conservation Award, Dangerous Game of Africa, memperoleh World Hunting Award, mendapat puluhan Gold Award, sebagai SCI Master Measurer, dan telah menerima penghargaan-penghargaan tertinggi dunia lainnya. Ia merupakan anggota seumur hidup Safari Club International dan International Professional Hunter Association, ia dipercaya untuk ketigakalinya menjadi Ketua Regional Representative SCI untuk negara China dan Jepang serta anggota supporter Green Peace International selama puluhan tahun. Rahmat menginginkan pengalamannya yang beragam dan unik, terutama dalam kegiatan pembinaan dan berburu, bisa juga dinikmati orang lain. Untuk itu, ia mengabadikan semua hewan liar hasil buruannya dengan mendirikan dan mengelola Museum dan Galeri satwa liar bertaraf internasional pada tanggal 14 Mei 1999 yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Juwono Sudarsono. Satu-satunya museum satwa di Asia yang memamerkan lebih kurang 600 jenis satwa liar dunia, sebagian hasil buruannya dari berbagai negara, hewan-hewan mati dari taman hewan, dan pembelian secara legal serta pemberian teman-teman dari beberapa negara. Dalam kurun waktu dua tahun, eksistensi dan aktivitas museum ini telah beberapa kali meraih penghargaan, di antaranya masuk dalam Museum Record Indonesia (MURI) dan Piagam Penghargaan dari Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia yang masuk nominasi calon penerima Penghargaan Kalpataru Tahun 2001 dalam rangka Hari Lingkungan Hidup 5 Juni 2001 dan penghargaan-penghargaan internasional lainnya. Di museum ini terdapat bukti tentang betapa concern Rahmat dengan konservasi. Tahun 1995, saat diadakan konferensi di Amerika, ia meraih penghargaan International Conservation Award, penghargaan tertinggi konservasi. Ia ingin Amerika dan negara-negara lainnya tahu bahwa Indonesia juga sangat peduli pada penyelamatan kepunahan hewan-hewan yang ada. Itu dibuktikannya ketika ia memenangkan lelang foto tiga Presiden Amerika serikat masing-masing Gerald Ford, George Bush dan Bill Clinton sedang bermain golf bertiga. Hal ini merupakan kejadian langka yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lelang pertama yang sangat langka itu dimenangkannya dengan nilai US $ 16.500. Dananya disumbangkan untuk kepentingan konservasi. Saat ini foto tiga Presiden di lapangan golf tersebut ada di museumnya. Di dalam negeri, ia mendapat kepercayaan menjadi pengurus sejumlah organisasi menembak, taman hewan, dan lingkungan hidup, permuseuman, misalnya Pengurus Besar Perbakin (Persatuan Menembak Sasaran dan Berburu Indonesia) selama empat periode, sampai saat ini dipercaya sebagai Penatar Nasional, pengelola Taman Hewan Pematang Siantar (Siantar Zoological Park), dan Dewan Pembina Forum Konservasi Satwa Liar Indonesia (FOKSI) dan Bendahara Umum Badan Musyawarah Museum Indonesia (BMMI). Ia kini dikenal sebagai pengusaha, diplomat, pemburu kelas dunia, dan politisi (tahun 1999 terpilih menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Utusan Daerah Sumatera Utara), banyak membina dan memimpin organisasi. Sejumlah organisasi usaha dan kemasyarakatan yang turut dibinanya antara lain sebagai Dewan Kehormatan BPP HIPMI, Dewan Pembina Real Estate Indonesia (REI) Sumatera Utara, Dewan Pembina Asosiasi Manajer Indonesia (AMI), Dewan Pengurus Badan Kerjasama Perusahaan Perkebunan Sumatera (BKS-PPS), Ketua Medan Club selama tiga periode (10 tahun), Ketua Dewan Pakar Inkubator Bisnis USU, pendiri Yayasan Rahmat, pendiri Yayasan Sumatera Lestari (Yasri), pendiri Pesantren H. Mohammed, Dewan Pembina YPAC (Yayasan Pembinaan Anak Cacat) Medan, Dewan Pembina Yayasan UISU Medan, Dewan Penasehat Majelis Adat Budaya Melayu, dan Dewan Penyantun IAIN Sumatera Utara. Peduli Sosial Kiprahnya dalam kehidupan sosial bukanlah sesuatu yang istimewa. Baginya memberi bantuan merupakan sesuatu yang biasa dan mengalir begitu saja, meskipun sebagian besar orang menganggap apa yang dilakukannya di bidang sosial sebagai hal yang luar biasa. Ini telah dibuktikannya, dengan memberi bantuan yang sangat dibutuhkan masyarakat sekitar lingkungan usaha berupa tempat ibadah, sekolah dan lain sebagainya. “Dua pertiga hidup saya saat ini untuk kegiatan sosial,” katanya. Banyak orang datang dan menyuratinya. Ada yang meminta modal untuk berjualan, membeli becak, biaya pendidikan dan sebagainya. Umumnya permintaan mereka dikabulkan meski dengan persyaratan bantuan yang diberikan harus benar-benar sesuai untuk keperluannya. Jika ia mengetahui dari pemberitaan di media massa atau sumber lain ada orang yang mengalami kesulitan dan sangat tersiksa atau merana tanpa bisa mengatasi karena tidak mempunyai biaya, ia langsung mengirimkan staf untuk mengecek kebenarannya, kemudian mengirimkan bantuan yang pantas dan sesuai kebutuhan. Panggilan Moralitas Politik Kehadirannya di dalam dunia politik ditempuh melalui jalan yang cukup berliku. Semula bergabung dan aktif di Golongan Karya (Golkar), sempat terpilih menjadi salah seorang jurkam (juru kampanye) terbaik dan telah banyak memberi kontribusi waktu dan dana. Belakangan merasa kecewa karena perjuangannya mendorong dan menampung aspirasi rakyat kurang mendapat dukungan dari para oknum elit di partainya. Ketika Pemilu 1999 berlangsung dan saat Golkar secara resmi berubah menjadi partai, ia menyatakan keluar dari Golkar dan bersikap netral. Tatkala mendapat kesempatan untuk menjadi anggota MPR Utusan Daerah Sumut, ia diharuskan memilih salah satu partai. Pilihannya jatuh pada Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Partai berlambang Ka’bah ini dianggap cukup fokus dan konsekuen dalam memperhatikan serta mempedulikan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat serta konsisten dengan perjuangan demi bangsa dan negara. Ketika ia dianggap cukup berjasa dalam menyukseskan Sidang Istimewa MPR yang lalu, sejumlah teman-temannya di PPP dan tokoh-tokoh masyarakat di daerah berharap dan menyarankan agar ia mengambil peluang dan kesempatan duduk di posisi penting di pemerintahan. Tetapi apa kata Rahmat “Ibarat saya sedang duduk di depan meja makan. Semua jenis menu makanan terbaik dan lengkap sudah tersedia di atas meja. Apakah saya harus mengambil makanan lain lagi di meja orang lain?” Keluarga Segalanya Banyak orang bertanya bagaimana Rahmat bisa membagi waktu untuk membina keluarga. Kapan dan bagaimana pula kiatnya bisa membangun hubungan harmonis dengan keluarga di tengah kesibukan mengurus usaha, kegiatan sosial politik, hobi dan lainnya. Banyak contoh di masyarakat mengenai keberhasilan seseorang dalam dunia usaha kegiatan sosial politik dan karir profesi tetapi gagal membina dan memiliki keluarga yang bahagia. Sebaliknya malah mengorbankan kepentingan isteri dan anak-anaknya. Kurang memperhatikan keluarga sehingga menjadi fatal akibatnya. Maka, sepanjang hari Sabtu dan Minggu, biasanya ia menghabiskan waktu untuk berkumpul bersama keluarga. Walau sedang di Jakarta, Singapura atau Malaysia, jika pekerjaan belum selesai pada hari Sabtu ia akan kembali ke rumah untuk berkumpul bersama keluarga, menghindar dari berbagai acara undangan resmi. Saat liburan sekolah anak-anak, ia membawa seluruh anggota keluarga berlibur ke luar kota, ke luar daerah, atau ke mana saja. Kadang-kala juga mengajak keluarga masuk tengah hutan di berbagai belahan dunia. Pendeknya, ia selalu berupaya berkumpul dan makan bersama keluarga pada setiap hari Sabtu-Minggu. Hari untuk keluarga itu, diupayakan tidak terganggu oleh pekerjaan serta acara-acara yang tidak ada habisnya. “Saya beruntung mempunyai keluarga yang penuh pengertian sehingga saya berhasil mencapai posisi seperti ini,” katanya. Seorang pengusaha, menurutnya, belum bisa disebut sukses bila tidak berhasil membangun keluarga. Pengusaha yang sukses selalu bersikap baik terhadap keluarga, memberikan perlindungan, memelihara, membesarkan dan memperlakukan isteri serta anak-anak dengan baik, agar mereka tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang mandiri dan bermanfaat. Karena keluarga pulalah, ia bersyukur karena tidak bisa berdansa dan menyanyi. Buatnya itu tidak masalah. Berarti Tuhan Yang Mahakuasa sayang dan tahu apa yang baik dan buruk untuk dirinya, sehingga ia bisa membatasi diri untuk keluar rumah seperti ke diskotek, night club, bergembira bersama orang-orang yang tidak dikenal sebelumnya yang penuh kepalsuan belaka yang tujuannya tidak lain hanya berfoya-foya dan menghamburkan harta. Ada hikmah tersendiri baginya, karena tidak bisa berdansa dan bernyanyi sebagai-mana teman-temannya. Nama: DR. H. Rahmat Shah Lahir: Perdagangan, Simalungun, Sumatera Utara, 23 Oktober 1950 Agama: Islam Kebangsaan: Indonesia Isteri: Rose, Gadis Melayu asal Singapura (menikah 1983) Anak: Satu puteri dan dua putra Nama Ayah: Gulrang Shah Nama Ibu: Hj. Syarifah Pekerjaan: Pengusaha, Anggota MPR-RI & DiplomatPengalaman Kerja 1. Tahun 1965 s.d. 1970: Pembantu Montir Bengkel Mobil MSH, Medan 2. Tahun 1970 s.d. 1980: Workshop Manager, Sales Manager dan Kuasa Direksi PT.Ika Diesel Brothers Medan 3. Tahun 1980 s.d. saat ini: Dirut PT.Unitwin Indonesia Perkebunan, Real Estate, Eksport Import, Trading,Contractor 4. Tahun 1991 s.d. 1994: Direktur Utama PT.Cakra Mantaputama Aluminium Industry (PMDN) 5. Tahun 1994 s.d. saat ini: Komisaris Utama PT.Cakra Compact Aluminium Industries (PMA) -Sumut -Indonesia 6. Tahun 1994 s.d. saat ini: Dirut PT.Sennah Perkebunan Karet dan Kelapa Sawit, Sumut-Indonesia 7. Tahun 1995 s.d. saat ini: “Konsul Jenderal Kehormatan” Republik Turkey untuk Pulau Sumatera 8. Tahun 1996 s.d. saat ini: Komisaris PT.Indal Compact Aluminium Industries (PMA) Bekasi, Jawa Barat-Indonesia 9. Tahun 1996 s.d. saat ini: Ketua “Yayasan Rahmat” Medan, Sumatera Utara-Indonesia. 10. Tahun 1996 s.d. saat ini: Pimpinan & Pengelola “Taman Hewan” P.Siantar, Sumatera Utara – Indonesia. 11. Tahun 1999 s.d. saat ini: Pimpinan “RAHMAT” International Wildlife Museum & Gallery, Medan, Indonesia 12. Tahun 1999 s.d. saat ini: Anggota MPR-RI (Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia)Organisasi Kemasyarakat 1. Ketua Medan Club, Ekslusif Member’s Club yang gedung-gedungnya didirikan sejak tahun 1879 2. Ketua Dewan Pakar Inkubator Bisnis & Teknologi Universitas Sumatera Utara (USU) 3. Dewan Pengurus Pusat BMMI (Badan Musyawarah Museum Indonesia), Jakarta-Indonesia 4. Dewan Pakar FKKB (Forum Komunikasi Kesatuan Bangsa) Sumatera Utara 5. Dewan Pembina FOKSI (Forum Konservasi Satwaliar Indonesia) Bogor – Indonesia 6. Anggota Supporter GREEN PEACE International sejak 1981 7. Dewan Penyantun Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara 8. Anggota Dewan Pembina Yayasan UISU Medan 9. Anggota Dewan Pertimbangan Badan Amil Zakat (BAZ) Propinsi Sumatera Utara 10. Dewan Penasehat MABMI (Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia) Sumatera Utara-Indonesia 11. Dewan Pembina Center For English Learning (CEL) Medan 12. Dewan Pembina YPAC (Yayasan Pembinaan Anak Cacat) Medan 13. Penasehat PARSI (Persatuan Artis sinetron Indonesia) Sumut 14. Pendiri “YASRI” (Yayasan Sumatera Lestari) Sumatera Utara-Indonesia 15. Ketua & Pendiri Pesantren H.MOHAMMED Sumatera Utara-Indonesia 16. Dewall Pembina HSBI (Himpunan Seni Budaya Islam) Sumatera Utara-Indonesia 17. Dewan Pembina LPPTKA (Lembaga Pembinaan Pengembangan Taman Kanak-kanak AI-Quran) Sumatera Utara 18. Anggota Luar Biasa Kwartir Daerah Gerakan PRAMUKA Sumatera Utara-Indonesia 19. Pembina “Sinar Budaya Group” / L.K.MABMI MedanOrganisasi Usaha 1. Dewan Pembina REI (Real Estat Indonesia) Sumatera Utara 2. Dewan Kehormatan BPP-HIPMI (Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) 3. Dewan Penasehat Asosiasi Kota Bersaudara Medan-Ichikawa,Sumatera Utara-Indonesia 4. Dewan Pembina AMI (Asosiasi Manajer Indonesia) Medan,Sumatera Utara-Indonesia 5. Dewan Pembina IMA (Indonesia Marketing Association) Sumatera Utara-Indonesia 6. Dewan Pembina LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia) Sumatera Utara 7. Dewan Pengurus BKS-PPS (Badan Kerja sama Perusahaan Perkebunan) Sumatera Indonesia Organisasi Olahraga 1. Regional Representatives Safari Club International (SCI) untuk China dan Jepang 2. Staf Khusus Pengurus Besar FORKI (Federasi Olahraga Karate-do Indonesia) Jakarta 3. Ketua Umum Pengda FORKI (Federasi Olahraga Karate-do Indonesia), Sumatera Utara-Indonesia 4. Ketua Bidang Luar Negeri Pengurus Besar PERBAKIN 5. Penatar Nasional PB.PERBAKIN (Pengurus Besar Persatuan Menembak sasaran dan Berburu seluruh Indonesia 6. Ketua Umum CAKRA SHOOTING & HUNTING CLUB, Sumatera Utara-Indonesia 7. Ketua Umum Pengda PAVI-SU (Persatuan Atlit Veteran Indonesia) Sumatera Utara-Indonesia 8. Dewan Penyantun KONI Sumatera Utara 9. Ketua Koordinator REPALA (Remaja Pencinta Alam) Sumatera Utara-Indonesia 10. Dewan Penasehat Pengurus Daerah PBI (Persatuan Bowling Indonesia) 11. Pembina Pengurus Daerah Persaudaraan Bela Diri Kempo Indonesia (PERKEMI) Sumut.Kegiatan Sosial 1. Pendiri “International Wildlife Museum & Gallery”, satu-satunya di Asia untuk Pendidikan Konservasi 2. Anggota Kehormatan Rotary Club, Sumatera Utara-Indonesia 3. Anggota Kehormatan Lions Club, Sumatera Utara-Indonesia 4. Bapak Angkat Tetap dari beberapa Pengusaha Kecil & Industri-indusri Kecil di Indonesia 5. Bapak Angkat dan Donatur Tetap dari beberapa Orang Anak Asuh 6. Donatur Tetap bagi Pendidikan Anak-Anak Cacat Mental 7. Membangun & Merenovasi Bangunan beberapa Masjid di Sumatera Utara 8. Membangun & Merenovasi Bangunan beberapa sekolah di Sumatera Utara 9. Membangun & Merenovasi rumah-rumah kumuh di Sumatera Utara -Memberikan Bantuan Rutin Untuk Pendidikan, Pemuda, Olahraga, Usaha Kecil, Masyarakat Tidak Mampu (Pra Sejahtera) Dan Kegiatan-Kegiatan Sosial Lainnya.Hobby A. “International Hunter “ Pemburu Internasional & Perburuan legal dalam rangka Konservasi Alam, mencegah kepunahan binatang-binatang liar di dunia dengan konsep “Konservasi Dengan Pemanfaatan” yang telah diterapkan oleh hampir seluruh negara B. “Scuba Diving” (Menyelam), memiliki sertifikat Internasional C. “Big Game Fishing” memancing ikan-ikan besar dengan alat khusus bagi jenis dan ukuran ikan tertentu. D. Anggota beberapa Golf Club Indonesia & Internasional E. Menyediakan/mendirikan penangkaran satwa liar untuk mengembangkan populasi satwa dan pendidikan konservasiBisnis & Sport Club A. Anggota Seumur Hidup (Life Member) “Safari Club International” B. Anggota Seumur Hidup (Life Member) “International Professional Hunters Association” Afrika C. Anggota Seumur Hidup “Mercantile Club” Jakarta-Indonesia D. Anggota Seumur Hidup “Exchange Club International” Medan E. Anggota “Medan Club”, Indonesia F. Anggota Golf Club “Graha Helvetia” Indonesia G. Anggota Golf “Bukit Barisan” & Country Club, IndonesiaPrestasi Telah masuk di Record Book, SCI USA Telah menerima Dangerous Game Of Africa Telah memperoleh SCI Master Measurer Telah mendapatkan beberapa Gold Award dari SCI USA Namanya telah tertera di dinding Museum Safari Club International di Tucson Amerika Memiliki Colonel Award Canada Beberapa kali Juara Target Shooting Junior 1970-an Beberapa kali Juara I Bowling dan Pemain Nasional Beberapa kali Juara Safari Wisata Buru Beberapa kali Juara Bilyard Medan Club Juara I Signal Hunting Radio (Orari) 1980-an Tahun 1991 terpilih sebagai “Pria Berbusana Terbaik Indonesia” Tahun 1992 terpilih sebagai “Pria Super” Tahun 1993 terpilih sebagai “Man of the Year” Tahun 1993 terpilih sebagai “Tokoh Populer” Tahun 1995 dinobatkan sebagai “Top Executive Indonesia” Tahun 1997 terpilih sebagai Pria Berbusana Rapih & Serasi Tahun 1998 dinobatkan sebagai Tokoh Citra Mandiri Pria Indonesia Tahun 2000 menerima Lencana Emas dari Pers sebagai Tokoh Pengusaha Pendiri Museum satwa liar Internasional Pertama di Asia Tahun 2000 menerima penghargaan dari Museum Record Indonesia (MURI)Penghargaan Internasional “Safari Club International” tahun 1988 “Profesional Hunters Association Of South Africa, Reno,Nevada,USA tahun 1990 “Official Measurer, USA, Tahun 1990 dan Tahun 1991 “SCI World Hunting Award” di Amerika tahun 1994 “Hunting Achievement Award”,Tahun 1994 “Trophy Animals Of South Of Pacific”, Tahun 1994 “Top Ten Award”, Tahun 1994 “International Conservation Award” di Amerika tahun 1995 & 1999 “Master Measurer, USA, Tahun 1995 “The Big Five Grand Slam International Award” di Amerika tahun 1996 “International Best Executive Awards” di Jakarta tahun 1996 “Asean Development Citra Awards” di Jakarta tahun 1996 “International Development Best Economic Executive Awards” di Jakarta tahun 1997 “National Geographic Society” tahun 1998 - Dan Penghargaan-penghargaan Internasional lainnya yang berbentuk Plakat, Fandel, trophy dan lain-Iain. Penghargaan Nasional Sahwali Award, Bali, tahun 1993 sebagai pengusaha berwawasan lingkungan Indonesia Forum, “Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand”, (IMTGT) tahun 1993 Pengurus Besar PERBAKIN, Jakarta, tahun 1993 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, tahun 1996 PRIMANIYARTA (Pengusaha paling berprestasi bidang Ekspor Non Migas) dari Presiden R.I, Jakarta, tahun 1997 Real Estate Indonesia, Tahun 1997 Pengurus Besar Dharma Pertiwi, Tahun 2000 Menteri Lingkungan Hidup RI, sebagai Nominasi Peraih Penghargaan Kalpataru 2001 - Dan Penghargaan-penghargaan Nasional lainnya yang berbentuk Plakat, Fandel, trophy dan lain-Iain.Penghargaan Daerah Bupati KDH. Tk.II Labuhan Batu, Rantau Prapat, tahun 1991 Yayasan Sultan Iskandar Muda, sebagai orang tua asuh, Medan, tahun 1992 Gubernur KDH. Tk.I Sumatera Utara, Medan, tahun 1992 Panitia Seminar Sehari GPDT -MHB, Medan, tahun 1993 PERBAKIN, Safari Wisata Buru, Piala GUBSU IV, tahun 1994 Keluarga Besar REPALA (Remaja Pencinta Alam), Medan, Tahun 1994 Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC), Cabang Medan, Medan, tahun 1994 Pengda Perbakin tahun 1995 Panglima Kodam I/ Bukit Barisan, Medan, tahun 1995 Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Medan, tahun 1995 Universitas Sumatera Utara, Medan, tahun 1995 Gubernur KDH. Tk.I Sumatera Utara, Lomba Lintas Wisata Alam Tahura Bukit Barisan II, tahun 1995 Yayasan Perguruan Husni Thamrin, Medan, tahun 1995 Yayasan Arief Rachman Hakim (Eksponen 66) Sumatera Utara, Medan, tahun 1995 Gubernur KDH. Tk.I Sumatera Utara, Medan, tahun 1996 Tokoh Wartawan Terbaik 1996, Medan, Tahun 1996 Panglima Komando Daerah Militer I / Bukit Barisan, Medan, tahun 1997 DPD Tk.I Generasi Muda KOSGORO Sumatera Utara, Medan, tahun 1997 Komite Nasional Pemuda Indonesia, Sumatera Utara, Medan, 1997 Pemuda &Lingkungan Hidup,tahun 1997 Jhon Robert Power, Medan, tahun 1998 Gubernur KDH Tk.I Sumatera Utara, untuk Pendirian Museum, Gallery Satwa liar Satu-satunya di Asia tahun 1998 Inkubator Bisnis & Teknologi, Universitas Sumatera Utara “CIKAL”, tahun 1998 Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN), Propinsi Sumatera Utara, Medan, tahun 1999 Komite OlahRaga Nasional Indonesia (KONI) Sumatera Utara, Medan, tahun 1999 Paviliun Rumah Adat Melayu Sumatera Timur, tahun 1999 Perguruan Karate Full Contact KALA HITAM, Medan Sumatera Utara, Tahun 1999 Perbakin, Kapoldasu Cup, tahun 1999 IMABI (Institute Management of Business Modern), Tahun 1999 Giriwana Wisata Alam Sumatera Utara ke VII & Kemah Kerja Konservasi, Tahun 2000 Komite. Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Sumatera Utara, Medan, tahun 2000 Universitas Negeri Medan (UNIMED), Tahun 2000 Himpunan Pemuda Nias Indonesia (HIPNI), Tahun 2000 .Leo Club Medan Prima, Tahun 2000 Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara I Medan - Dan Penghargaan-penghargaan lainnya yang berbentuk Plakat, Fandel, Trophy dan lain-Iain. 15.SUDONO SALIM Di cakrawala ekonomi dan bisnis Indonesia, nama Liem Sioe Liong sudah menjadi legenda. Banyak yang lupa: hampir setengah abad yang lalu, pemuda perantau dari Futsing, Hokkian, Cina Selatan, itu memulai upayanya dengan magang pada seorang paman yang berdagang jagung, beras, kedelai -- antara lain. Lahir sebagai Lin Shao-liang, anak kedua dari tiga bersaudara ini mengikuti jejak abangnya, Liem Sioe Hie, yang sudah mendarat di Jawa sembilan tahun lebih awal. ''Dua tahun pertama di Indonesia amat berat,'' tutur Shao-liang, yang belakangan dikenal juga dengan nama Sudono Salim. Ketika Jepang datang, ia mulai berdagang minyak kacang kecil- kecilan di Kudus, Jawa Tengah. Kemudian mencoba nasib sebagai penyalur cengkih di kota sigaret kretek itu. Lalu, datanglah nasib baik serentak dengan saat pecahnya Revolusi 1945. Liem membantu Republik, yang membutuhkan banyak dana melawan Belanda. Tetapi, ketika Jepang menyerah, ia sempat disrempet musibah. Berkarung-karung uang Jepang miliknya mendadak dinyatakan tidak laku, karena pemerintah menerbitkan uang baru. Ketika itu, tiap orang menerima satu rupiah uang baru tadi. ''Keluarga saya delapan orang, jadi dapat delapan rupiah, wah, edan,'' katanya mengenang. Liem lalu mengubah taktik dagangnya. ''Bisnis itu tidak boleh atas dasar uang, tapi harus atas dasar barang,'' ia seperti memberi nasihat. Sejak itu pula ia lebih memusatkan usaha diversifikasi. Toh, ia merasa tidak bisa bergerak lincah di zaman Bung Karno. ''Dulu dagang susah, orang banyak bicara,'' katanya. ''Tapi sejak Orde Baru, dipimpin oleh Presiden Soeharto, saya ambil keputusan: apa yang harus dilakukan sebagai orang dagang.'' Dengan Pak Harto, Liem mengaku baru kenal setelah 1950-an, di Semarang. Kini, bos perusahaan induk Liem Investors di Hong Kong, dan PT Salim Economic Development Corporation (SEDC) di Jakarta, itu sering disebut sebagai ''pengusaha terkaya nomor enam di dunia''. Jumlah hartanya mengalahkan keluarga Rotschild dan Rockefeller. Pada 1984, kekayaan kelompok ini ditaksir sekitar US$ 7 milyar. Artinya, sama dengan jumlah uang yang beredar di Indonesia ketika itu yang, menurut beberapa sumber, meliputi sekitar Rp 7 trilyun. Liem pindah ke Jakarta pada 1951, dan mulai mengembangkan usahanya. Mula-mula ia mendirikan pabrik sabun, kemudian pabrik paku, ban sepeda, pengilangan karet, kerajinan, dan makanan. Ia juga bergerak di bidang pengusahaan hutan, bangunan, perhotelan, asuransi, perbankan, bahkan toko pakaian. Kunci sukses baginya adalah jasa. ''Kalau jasa itu jalannya betul, otomatis bisa jual lancar,'' katanya, dalam bahasa Indonesia yang tetap patah-patah.Namun, Liem keberatan usahanya dikatakan menerobos ke semua penjuru bisnis. ''Orang suka bilang ini-itu punya Liem Sioe Liong. Gila apa? Tapi kalau orang lain suka pakai nama Liem, bisa bilang apa?'' katanya kepada majalah TEMPO, media massa Indonesia pertama yang mewawancarainya, Maret 1984. Kelompok ini juga mengaku tidak selamanya bernasib mujur. ''Dihitung-hitung, ada sekitar sepuluh perusahaan yang kami tutup, karena kalah bersaing,'' ujar Anthony Salim, nomor dua dari empat putra Liem -- yang sering disebut-sebut sebagai ''putra mahkota''. Paling tidak terdapat sekitar 37 perusahaan yang bernaung di bawah SEDC. Selain dikenal sebagai ''raja bank'', kelompok Liem juga disebut-sebut sebagai satu di antara ''raja semen'' di dunia. Dalam setiap usaha patungan, kelompok ini selalu menonjol sebagai pemilik saham terbesar. Dan langkah itu bukannya tanpa pertimbangan. Dengan memiliki 51% saham perusahaan Hagemeier di Belanda, misalnya, ''Kami bisa menentukan policy perusahaan,'' kata Liem. ''Juga supaya bisa mengawasi ekspor dari Indonesia, misalnya hasil bumi.'' Sejak 1982, gebrakan kelompok Liem di luar negeri semakin mantap. Ia membeli, antara lain, 80% saham Hibernia Banchares, San Francisco, disusul 54,4% saham Shanghai Land Investment. Tetapi, Maret 1986, ia tersandung dalam usaha penanaman modal di Provinsi Fujian, RRC, bekas daerah kelahirannya. Di kawasan itu, di sebuah desa peternakan tiram di Teluk Meizhou, terdapat proyek pengilangan minyak senilai US$ 800 juta. Usaha ini merupakan patungan antara China Fujian Petroleum Co., China Petrochemical International Corp., Fujian Investment & Enterprise Ltd., dan China Pacific Petroleum Ltd. Perusahaan terakhir ini, menurut surat kabar The Asian Wall Street Journal, didaftarkan di Liberia, dan ''dikontrol oleh Mr. Liem''. Sayang, usaha patungan itu terkatung-katung, paling tidak sudah setahun. Konon, pihak RRC terlalu banyak menuntut. Mereka juga, yang memang kurang berpengalaman dalam menyelenggarakan bisnis patungan, bingung oleh melonjaknya harga barang-barang impor yang dibutuhkan kilang minyak tersebut. Pihak Liem sendiri, menurut koran tersebut, tidak begitu ambil pusing dan siap-siap menarik diri. Menjelang usia 70, taipan yang juga sering dipanggil sebagai ''Oom Liem'' ini mengaku tidak lagi bekerja terlalu keras. ''Setiap hari saya masuk kantor jam sepuluh pagi, lalu terima tamu,'' katanya. Ia tidak merokok, juga tidak menjamah minuman keras. Kegemarannya terbatas: jogging tujuh kilometer setiap pagi, dan, kabarnya, mengunjungi klub malam. ''Saya juga sudah jarang sekali teken cek,'' katanya. Lalu, siapa yang akan menggantikan tahta si Oom? ''Semua anak sama,'' katanya. ''Yang perlu di sini teamwork. Yang bilang Anton bakal ganti saya itu orang luar.'' Ia, memang, seperti lebih menekankan perlunya tenaga profesional. Hal ini tampak, antara lain, pada keterlibatan Liem memelopori dan menangani beberapa lembaga pendidikan, misalnya Yayasan Tarumanegara dan Prasetiya Mulya. 16.Hendy Setiono: Sukses Datang Berkat Konsep MatangLahir di Surabaya, 27 tahun silam, prestasi Hendy Setiono tidak bisa dipandang sebelah mata. Meski berpenampilan sederhana, ia adalah seorang presiden direktur Kebab Turki Baba Rafi – perusahaan beromzet lebih dari Rp 4 miliar per bulan. Oleh majalah Tempo edisi akhir 2006, ia dinobatkan sebagai salah seorang di antara sepuluh tokoh pilihan yang dinilai mengubah Indonesia. Meski bisnis yang dia geluti tergolong bisnis yang tak akrab di telinga, perusahaannya kini memiliki lebih dari 100 outlet di 16 kota di Indonesia. Keberhasilan Hendy menggeluti bisnis kebab yang merupakan makanan khas Timur Tengah ini didapat saat dirinya mengunjungi sang ayah yang bekerja di perusahaan minyak di Qatar. Selama di Qatar, Hendy banyak menemui kedai kebab yang dijubeli warga setempat. Lantaran penasaran, Hendy yang mengaku hobi makan itu lantas mencoba makanan tersebut. Di benaknya pun langsung terbersit pikiran untuk membuka usaha kebab di Indonesia. Alasannya, selain belum banyak usaha semacam itu, di Indonesia terdapat warga keturunan Timur Tengah yang menyebar di berbagai kota. “Makanya, selama di Qatar, saya juga memanfaatkan waktu untuk berburu resep kebab. Saya mencarinya di kedai kebab yang paling ramai pengunjungnya,” jelas Hendy yang beristri Nilamsari. Begitu tiba kembali di Surabaya, ia langsung menyusun strategi bisnis. Yang pertama ia lakukan adalah mencari partner. Ia tidak ingin usahanya asal-asalan. Ia pun merancang konsep yang matang selain melihat peluang yang ada. “Mengawali sebuah bisnis memang tidak mudah. Apalagi untuk meraih sukses seperti sekarang. Suka duka pun saya rasakan,” ungkap bapak tiga orang anak ini. ”Diperlukan terobosan atau inovasi yang berani dan penuh perhitungan yang matang,” tambahnya lagi. Tak ingin setengah-setengah dalam menjalankan bisnis, lulusan SMA Negeri 5 Surabaya ini akhirnya memutuskan berhenti dari bangku kuliah pada tahun kedua. “Saya OD alias out duluan. Tapi, saya tidak menyesal meninggalkan bangku kuliah untuk membangun usaha,” tegas Hendy yang pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Teknik Informatika ITS. Keputusan meninggalkan bangku kuliah untuk menekuni bisnis kebab sempat ditentang orang tuanya. Mereka ingin Hendy menjadi seorang professional seperti sang ayah. Karena itu, ketika ia meminta bantuan modal, orang tuanya menganggap bisnis yang akan dilakoni tersebut adalah proyek iseng. “Mereka pikir saya tidak serius pada bisnis ini. Dalam hati, saya ingin membuktikan kepada bapak dan ibu bahwa kelak saya pasti berhasil, untuk modal pertama saya meminjam uang adik saya sebesar 4 juta” jelasnya. Dengan ketekunannya, kesuksesan bisnis Hendy membuahkan hasil. Dalam 3-4 tahun, dia berhasil mengembangkan sayap dimana-mana. Tidak hanya di Jawa, tapi juga di Bali, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Kedepan, Hendy berencana mengembangkan usahanya itu ke luar negeri. Saat ini, inovasi dalam konsep menu lain juga dilakukannya selain kebab. Dua negara yang diincar adalah Malaysia dan Thailand. Sukses bisnis kebab waralaba ini menghasilkan berbagai award, baik dari dalam maupun luar negeri. Di antaranya, ISMBEA (Indonesian Small Medium Business Entrepreneur Award) 2006 yang diberikan menteri koperasi dan UKM. Hendy juga dinobatkan sebagai ASIA’s Best Entrepreneur Under 25 oleh majalah Business Week International 2006. Untuk meraih award tersebut, ia bersaing dengan 20 kandidat pengusaha lain dari berbagai negara di Asia. Pria kalem itu juga mendapatkan penghargaan Enterprise 50 dari majalah SWA untuk 50 perusahaan yang berkembang dalam setahun terakhir. Serta, di penghujung 2006, majalah Tempo menobatkan Hendy menjadi salah seorang di antara sepuluh tokoh pilihan yang mengubah Indonesia. Sebelum mengakhiri perbincangan, Hendy memberikan semangat bagi para calon pengusaha muda yang ingin meniru jejaknya. “Saya belajar dari para pengusaha sukses. Salah satunya, Bill Gates. Dia bisa mendirikan kerajaan Microsoft, meski tidak tamat sekolah. Jadi, intinya, untuk menjadi orang sukses, tidak harus memiliki gelar akademis dan indeks prestasi (IP) tinggi,” tegasnya lalu tertawa. |